Utamakan Qolbu dalam Wadah yang Fana
Minggu, 07 Desember 2025 - 14:02
alfikr.id, Probolinggo- Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini, menyampaikan bahwa manusia diciptakan dengan dua unsur yang sama-sama memiliki peran penting dalam kehidupan yaitu jasmani dan rohani. Menurutnya, tubuh tanpa roh hanyalah mayat, sementara roh tanpa tubuh tidak akan hidup di dunia.
Meskipun keduanya memiliki peran yang tidak dapat diabaikan, kata beliau, rohani tetap menempati posisi yang paling utama. Tubuh pada akhirnya hanyalah wadah sementara yang memungkinkan manusia bergerak di dunia, sedangkan rohani menjadi inti yang menuntun arah perjalanan manusia menuju kehidupan akhirat.
Hal tersebut disampaikan dalam Kuliah Tasawuf ke-IX di Musala Riyadlus Sholihin, Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (06/11/2025).
Beliau mencontohkan, relasi kedua unsur itu seperti air dan botol. Keduanya memang saling membutuhkan, tanpa botol, air tidak dapat dibawa ke mana pun. Dan tanpa air, botol kehilangan makna keberadaannya. Namun, inti yang sesungguhnya tetaplah air itu sendiri. Jika isinya lenyap, wadah pun tak lagi dianggap berharga.
“Kalau airnya habis, botol itu akan dibuang,” dawuh beliau.
Demikian pula dengan jasad manusia, tanpa kehadiran roh, tubuh tak lebih dari bentuk kosong yang kehilangan makna. Kiai Zuhri menjelaskan bahwa ketika ajal tiba, dua unsur itu berpisah menuju jalannya masing-masing. Jamani perlahan akan hancur, sementara roh melanjutkan perjalanan ke alam kubur, sebuah fase transisi sebelum memasuki kehidupan akhirat.
Walaupun jasmani dan rohani sama-sama memiliki tuntutan untuk dirawat, beliau menegaskan bahwa kesehatan batin (rohani) harus ditempatkan sebagai prioritas. Sebab, inti kemanusiaan bersemayam pada rohani. Ketika sisi rohani mengalami kerusakan, dampaknya tidak berhenti pada kehidupan di dunia, tetapi merambat hingga ke alam kubur dan kehidupan akhirat.
“Rusaknya hati itu sangat berbahaya, lebih berbahaya daripada rusaknya jasmani,” terang Kiai Zuhri.
Mengutip pendapat Al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitab Adabu Sulukil Murid, Kiai Zuhri megatakan bahwa menjaga roh berarti menjauhkannya dari perbuatan dosa, serta dari segala hal yang dapat menodai dan merusak hati.
“Dosa akan merusak rohani kita, dan kerusakan rohani ini bahayanya tidak hanya terasa di dunia, tetapi juga di alam kubur dan alam akhirat,” terangnya.
Karena itu, bagi seorang penempuh jalan menuju Allah, menjaga rohani merupakan modal awal untuk menempuh jalan tersebut. Hati yang tercemar dengan dosa tidak akan membawa pemiliknya kepada keselamatan, baik dari kemurkaan Allah maupun dari keterputusan rida-Nya. Kita hanya benar-benar selamat ketika kembali kepada Tuhan dengan rohani yang bersi.
Dalam hadis Bukhari disebutkan, “Sesungguhnya dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging; jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik, dan jika ia rusak, maka seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.”
Namun, yang dimaksud hati dalam hadis tersebut, kata Kiai Zuhri, qalbu (rohani), bukan jantung sebagai organ fisik. Qalbu rohani inilah yang menjadi pusat sifat baik dan buruk manusia, sedangkan jantung hanya berfungsi sebagai organ biologis yang menjaga tubuh tetap hidup.
“Hati rohani yang selamat terhindar dari penyakit batin seperti dengki, kemunafikan, dan kufur,” jelas beliau.
Karena itu, selama masih diberi kesempatan hidup, kita harus berupaya memperbaiki kondisi rohani. Jangan sampai kita meninggalkan dunia dengan qalbu yang sakit. Upaya perbaikan ini dapat ditempuh melalui riyadhah, mujahadah, puasa, zikir, serta berbagai amal ibadah lainya.
“Sekarang kita masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri, karena roh kita masih berada dalam tubuh,” tegas Kiai Zuhri.