Kyai Zaini Mun’im sebagai Sosok Pahlawan yang Mengusir Penjajah
Senin, 20 Februari 2023 - 21:45alfikr.id, Probilinggo- Sekira Pukul 08:00, pagi, orang-orang berpakaian baju putih berduyun-duyun mendatangi halaman Pondok Pesantren Nurul Jadid. Terdengar Lantunan pembacaan sholawat menggema dari halaman kantor pesantren.
Mereka itu adalah wali santri serta alumni dan simpatisan dari pelbagai daerah. Kehadiranya tak lain untuk memeriahkan Haul
dan Harlah ke-74 Pondok Pesantren Nurul Jadid.
KH. Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid mengungkapkan, kalau acara ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT. Sebab, pesantren ini tetap eksis dan berkembang sampai sekarang.
"Sekaligus mengenang
jasa-jasa almarhumin almarhumat, mulai dari, pendiri, masyaikh yang ikut
berjasa pada pesantren ini,” ungkap Putra Pendiri Ponpes Nurul Jadid ini.
Pondok Pesantren yang berdiri pada tahun 1948 itu, Kiai Zuhri memaparkan, Kyai Zaini Zaini Mun’im selaku pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid merupakan sosok yang mengusir penjajah waktu itu dari Indonesia.
“Saat terjadi penjajahan dan perjuangan mengusir penjajah, pesantren ini dan para ulama’ berada di garda terdepan. Para pengasuh dan para masyaikh pondok pesantren ini semua adalah pejuang-pejuang kemerdekaan termasuk Kyai Zaini Mun’im," ungkapnya saat sambutan.
Kiai Zuhri menambahkan, Kyai Zaini Zaini Mun’im datang ke sini (PP. Nurul Jadid, red), tak bermaksud untuk mendirikan pesantren tapi lari dari kejaran penjajah pada saat itu. "Tak mudah untuk mengusir penjajah kala itu," ungkapnya.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya. Pada tahun 1947 Belanda kembali datang dengan membonceng tentara sekutu untuk menjajah Indonesia pada waktu itu. Tetapi, para pejuang terdahulu termasuk para tokoh-tokoh islam dan para masyaikh tetap kokoh dalam mengusir penjajah.
"Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya, mereka kembali datang dengan membawa sekutu bermaksud menjaja ke Indonesia kembali," ujar Kyai Zuhri.
Segendang sepenabuhan dengan Kyai Abdul Matin Djawahir, beliau menceritakan tentang kisah perjuangan Kyai Zaini Mun’im dalam mengusir penjajah. Kyai Zaini Mun’im pernah ditangkap oleh Belanda pada waktu itu selama tiga bulan. Tak hanya itu, beliau juga dimasukkan ke dalam drum dan kemudian di las tanpa ada udara.
”Setelah beliau dimasukan dalam drum yang suda di las itu, kemudian dibuang ke laut, sembari dibandulan batu dan ditenggelamkan,” tutur Alumni PP. Nurul
Jadid yang masih nutut masa kepengasuhan Kyai Zaini itu.
beliau menambahkan, Waktu itu ternyata
kyai Zaini Mun’im ada dipondok sedang megajar ngaji para santri. "alhamdulillah berkat karamah dan maunah
oleh Allah SWT. Beliau ada dipondok” paparnya.
Di akhir
sambutanya, kyai Zuhri Zaini berpesan bahwa tugas menjadi seorang santri adalah
menjaga nasionalisme. Hal itu bukan hanya melestarikan agama tetapi bagaiimana
negara republik Indonesia ini tetap eksis dan terus berkembang. “kita harus menjaga dari rongrongan yang menyimpang dari tujuan berdirinya negara ini," pungkasnya.