PMII se-Komisariat Probolinggo Gelar Bedah Buku Dampak PLTU di Tiga Wilayah

Selasa, 14 Maret 2023 - 18:00
Bagikan :
PMII se-Komisariat Probolinggo Gelar Bedah Buku Dampak PLTU di Tiga Wilayah
Peserta diskusi bedah buku "Melihat Ulang Dampak PLTU di Tiga Wilayah: PLTU Paiton, PLTU Pacitan, PLTU Cilacap" yang bertempat di Aula Universitas Zainul Hasan Genggong, (14/03/2023) siang. [Foto: Alifia Khairullina]

alfikr.id,Probolinggo -Sekira pukul 12:00 WIB nampak sekumpulan pemuda memakai jas warna biru berduyun-duyun menuju gedung Aula Universitas Zainul Hasan Genggong Probolinggo. Para pemuda pemudi itu adalah kader yang tergabung dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) se- Komisariat Probolinggo.  

Kader organisasi biru kuning itu menggelar bedah buku berjudul "Melihat Ulang Dampak PLTU di Tiga Wilayah: PLTU Paiton, PLTU Pacitan, PLTU Cilacap". Dalam diskusi itu dihadiri oleh Abdul Haq, sebagai penulis buku. 

Dia mengawali diskusi dengan melemparkan pertanyaan ke peserta tentang asal usul listrik yang kita nikmati bersama. Pria asli Paiton itu memaparkan bahwa listrik yang kita nikmati itu meninggalkan dampak sosial-ekologis yang memprihatinkan. 

“Baik dari hulu hingga hilir. Kalau di hulu ada kerusakan di pertambangan batu bara. Sedangkan di hilir ada PLTU,” kata pria yang akrab disapa Dulhaq itu. 

Dia menjelaskan beberapa temuannya terkait dampak sosial-ekologis PLTU Paiton terhadap masyarakat. Menurutnya, berbagai dampak yang dirasakan oleh warga, jika ditelaah lebih dalam lagi, menunjukkan bahwa PLTU Paiton telah menyebabkan pelbagai kerusakan. 

"Ada banyak sekali dampak dirasakan masyarakat. Dampak yang paling nyata soal ekonomi, kesehatan dan ekologi bahkan sosial," paparnya.

Dia menceritakan, hasil tangkapan ikan para nelayan di sekitar PLTU Paiton semakin menurun. Salah satunya disebabkan oleh tumpahan batubara yang merusak ekosistem laut. 

"Beda dengan sebelum adanya PLTU, menangkap ikan satu kuintal terbilang sangat mudah. Sekarang, mau menangkap ikan nelayan harus melaju ke tengah laut. Sebab ikan-ikan yang dulunya bisa ditangkap di pinggir laut sudah tidak ada. Itu pun (meski ke tengah laut, red) nelayan belum pasti dapat ikan,” terang Dulhaq. 

Di samping komunitas nelayan, dalam buku yang ditulis secara kolaboratif itu, menunjukkan bahwa komunitas petani juga mengalami dampak sejak keberadaan PLTU Paiton. Secara ekonomi masyarakat petani yang menggantungkan hidupnya terhadap pertanian banyak yang mengatakan rugi. 

Komoditas yang ditanam para petani adalah jagung, tembakau, dan padi. Hampir semua komoditas itu, kata Dulhaq, mengalami penurunan baik secara kualitas maupun kuantitas. Bahkan dia menyebutkan bahwa, daun-daun tembakau milik petani di Desa Binor terpapar debu batu bara.

Penulis
Agus Wahyudi
Editor
Imam Sarwani

Tags :