Kelompok "Kiri" Belum Mampu Menggeser Ekonomi Politik Liberal

Kamis, 22 September 2016 - 09:42
Bagikan :
Kelompok
Diskusi Ekonomi Politik (Ekopol) Islam Di Gedung Aula Madya FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.(Foto: Hasanuddin/ALFIKR.CO)

JAKARTA, ALFIKR.CO - Koordinator Front Nahdliyin Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA), Muhammad Al-Fayyadl, mengulas tentang arah perjuangan ekonomi politik Islam progresif. Gus Fayyadl—sapaan akrab Muhammad Al-Fayyadl—memaparkan berbagai keganasan ekonomi liberal yang masuk terhadap berbagai  institusi sosial masyarakat saat ini. Dengan kran utamanya terjadinya pasar bebas, yang terbangun pada doktrin Laissez Faire (Biarkan pasar bekerja bebas).

Situasi ini kata Fayyadl, tidak lepas dari semakin ganasnya kapitalisme pasar dengan semangat individualisme, egoisme, dan keserakahan,memakan sesama manusia yang bagi pandangan kapitalisme lemah.

Seperti peristiwa sepasang suami-istri buruh tani miskin Desa Butuh, Kecamatan Keras, Kediri, Suhartono dan Sulistiorini yang bunuh diri di sawah tegalan karena tak tahan dililit hutang pada 11 Agustus 2016.

Dari peristiwa itu lanjut Gus Fayyadl, kita tidak ingin mempertanyakan moral keimanannya, tapi bagaimana kita melihat butuhnya seorang buruh miskin terhadap uang guna melunasi hutangnya kepada rentenir.

“Kematian keduanya hanya menjadi saksi tentang kebutuhan  sepasang buruh tani muslim proletar akan sejumlah uang, untuk melunasi hutang dan menyelamatkan hidup mereka dari jeratan rentenir penghisap,” ujar Fayyadl saat Diskusi Ekonomi Politik (Ekopol) Islam Di Gedung Aula Madya FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin,19 September kemarin.

Dengan demikian, Islam belum sungguh-sungguh hadir sebagai malaikat penyelamat bagi mereka yang tertindas. 

Model Islam yang demikian menurut alumni Universitas Paris III, karena hegemoni ideologi ekopol yang menggeser perhatian Islam dari kondisi konkrit material kepada gagasan teologis dan klaim kebenaran (ideasional).

“Hegemoni ideologi tersebut juga ditopang oleh ekopol liberalisme Islam yang bersanding mesra dengan ekopol neo -klasik kapitalisme,” jelasnya.

Sementara itu, Ulil Abshar Abdallah, intelektual muda mengatakan, cara pandang dan riset yang dilakukan oleh para kelompok Islam Progresif cukup baik, dengan menggunakan cara pandang materialisme Karl Mark. Tetapi yang menjadi tanda tanya besar hingga saat ini, terkait gagasan riil dalam sebuah perubahan sosial.

“Bagi kelompok kiri tidak hanya ingin menggambarkan dan menerangkan fenomena social seperti liberalisme, tetapi melihat fenomena social dan merubahnya, tidak hanya menerangkan sejarah tetapi membuat sejarah,” jelas Ulil Absar Abdallah.

Jika demikian lanjut Ulil, maka harus memiliki kekuatan politik guna memobilisasi gerakan sosial, sejak masa Unisoveit sampai sekarang kelompok kiri belum mampu melakukan itu semua, dan bisa saja dibilang sama dengan kelompok liberal yang hanya bergelut di dunia teori.

Bagi Ulil, Liberalisme/Kapitalisme diakuinya memang mengalami beberapa kali kegagalan, tetapi kapitalisme punya cara internal sendiri untuk menerima kritik dan memperbaiki kegagalannya.

“Sistem yang baik adalah sistem yang mau menerima kritik dan memperbaikinya, dan Insya-Allah Kapitalisme akan baik dan berjaya,” pungkasnya.*

Penulis
Editor
Ahmad Efendi

Tags :