Hari Raya Idul Adha di Pondok Pesantren Nurul Jadid: Mengobati Rindu Bersama Keluarga
Selasa, 18 Juni 2024 - 00:37alfikr.id,
Probolinggo- Hari Raya Idul Adha akan selalu menjadi
momen yang dinanti-nanti oleh para santri, khususnya santri Pondok Pesantren
Nurul Jadid, Paiton Probolinggo. Sebab lebaran, bagi para santri, begitu sangat
berarti karena bisa bersua dengan keluarga.
Begitupun Kholid
Subbahubillah, santri asal Kabupaten Bondowoso mengungkapkan sangat bahagia apabila
bertemu dengan orang tua. Sebab, Idul Adha menjadi momen pengobat rindu. Baginya,
suasana lebaran di pesantren berbeda dengan kampung halaman. Jika di rumah, kita
dapat berkumpul dengan orang tua. Sedangkan, di pondok hanya bersama teman.
Baginya, rasa sedih dan
rindu kepada orang tua tetap ada. Untuk itu, ia merasa iri apabila orang tuanya
tak mengunjungi ke pesantren. Namun, ia tetap semangat dan senang, sebab banyak
teman pondok yang menemani.
“Jika saya tidak di sambang oleh orang tua, saya merasa iri dengan teman yang di sambang,” kata santri kelas XI Madrasah Aliyah Nurul Jadid (MANJ) Program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Unggulan.
Tak hanya santri, Supratto, wali santri asal Situbondo juga merasa sangat senang bisa bertatap muka dengan putranya lebaran kali ini. Ia menyampaikan, sehabis melaksanakan salat Idul Adha di kediamannya, Supratto bersama istrinya langsung menuju ke Pesantren Nurul Jadid.
Baginya, momen sambang di
hari lebaran berbeda dengan hari-hari biasanya. Sekarang, untuk menyambangi anak
tak perlu daftar lewat aplikassi pesantren. Selain itu, waktu bertemu dengan anak juga sangat
lama, yaitu hingga sore.
“Biasanya (hanya 2
sampai 3 jam, red). Tapi terlalu lama
tidak baik. Takutnya si anak ini tidak betah,” kata Supratto, wali santri kelas
XII Sekolah Menengah Akhir (SMA) Nurul Jadid itu.
Tujuan Supratto memondokkan
anaknya hanya untuk memperdalam ilmu agama dan memperbaiki akhlak. Selain itu,
baginya pesantren merupakan tempat aman untuk menjauhi pergaulan bebas di luar
sana.
“Saya kira kalau di pondok
lebih aman. Artinya pergaulan yang ada di luar dapat dihindari,” tegasnya.
Senada, Adi Mubarak,
wali santri asal Jember ini mengatakan bahwa pesantren, selain tempat menuntut
ilmu agama dan akhlak, juga menjadi lingkungan yang aman bagi putranya. Ia juga
yakin, pesantren akan mampu membuat sang putra lebih mandiri ke depannya.
“Semoga anak saya
betah di pondok dan mendapatkan ilmu yang berkah, serta bermanfaat bagi orang
lain,” harapnya.