Hari Raya Idul Adha di Pondok Pesantren Nurul Jadid: Mengobati Rindu Bersama Keluarga

Selasa, 18 Juni 2024 - 00:37
Bagikan :
Hari Raya Idul Adha di Pondok Pesantren Nurul Jadid: Mengobati Rindu Bersama Keluarga
Suasana sambang santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid, para santri dan wali santri saling ngobrol. Senin (17/06/24) Siang. [Ahmad Rifa’i/alfikr.id]

alfikr.id, Probolinggo- Hari Raya Idul Adha akan selalu menjadi momen yang dinanti-nanti oleh para santri, khususnya santri Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton Probolinggo. Sebab lebaran, bagi para santri, begitu sangat berarti karena bisa bersua dengan keluarga.

Begitupun Kholid Subbahubillah, santri asal Kabupaten Bondowoso mengungkapkan sangat bahagia apabila bertemu dengan orang tua. Sebab, Idul Adha menjadi momen pengobat rindu. Baginya, suasana lebaran di pesantren berbeda dengan kampung halaman. Jika di rumah, kita dapat berkumpul dengan orang tua. Sedangkan, di pondok hanya bersama teman.

Baginya, rasa sedih dan rindu kepada orang tua tetap ada. Untuk itu, ia merasa iri apabila orang tuanya tak mengunjungi ke pesantren. Namun, ia tetap semangat dan senang, sebab banyak teman pondok yang menemani.

“Jika saya tidak di sambang oleh orang tua, saya merasa iri dengan teman yang di sambang,” kata santri kelas XI Madrasah Aliyah Nurul Jadid (MANJ) Program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Unggulan.

Potret suasana sambang santri putra di lapangan Ayaman Pondok Pesantren Nurul Jadid, Senin (17/06/24) Siang. [Ahmad Rifa’i/alfikr.id]
Potret suasana sambang santri putra di lapangan Ayaman Pondok Pesantren Nurul Jadid, Senin (17/06/24) Siang. [Ahmad Rifa’i/alfikr.id]

Tak hanya santri, Supratto, wali santri asal Situbondo juga merasa sangat senang bisa bertatap muka dengan putranya lebaran kali ini. Ia menyampaikan, sehabis melaksanakan salat Idul Adha di kediamannya, Supratto bersama istrinya langsung menuju ke Pesantren Nurul Jadid.

Baginya, momen sambang di hari lebaran berbeda dengan hari-hari biasanya. Sekarang, untuk menyambangi anak tak perlu daftar lewat aplikassi pesantren. Selain itu, waktu bertemu dengan anak juga sangat lama, yaitu hingga sore.

“Biasanya (hanya 2 sampai 3 jam, red). Tapi terlalu lama tidak baik. Takutnya si anak ini tidak betah,” kata Supratto, wali santri kelas XII Sekolah Menengah Akhir (SMA) Nurul Jadid itu.

Tujuan Supratto memondokkan anaknya hanya untuk memperdalam ilmu agama dan memperbaiki akhlak. Selain itu, baginya pesantren merupakan tempat aman untuk menjauhi pergaulan bebas di luar sana.

“Saya kira kalau di pondok lebih aman. Artinya pergaulan yang ada di luar dapat dihindari,” tegasnya.

Senada, Adi Mubarak, wali santri asal Jember ini mengatakan bahwa pesantren, selain tempat menuntut ilmu agama dan akhlak, juga menjadi lingkungan yang aman bagi putranya. Ia juga yakin, pesantren akan mampu membuat sang putra lebih mandiri ke depannya.

“Semoga anak saya betah di pondok dan mendapatkan ilmu yang berkah, serta bermanfaat bagi orang lain,” harapnya.

Penulis
Ahmad Rifa'i
Editor
Adi Purnomo S

Tags :