Meniti Jalan Iman dengan Perbuatan
Sabtu, 08 Februari 2025 - 13:45![Meniti Jalan Iman dengan Perbuatan](https://alfikr.id/cdn/content/2025/02/10/cb387b92757173fe0fee9995e2e74c0d.jpg)
alfikr.id, Probolinggo- Sore itu, 6 Februari 2025 suasana hening menyelimuti Masjid Jami Pondok Pesantren Nurul Jadid. Para santri duduk bersila dengan khidmat, kitab Syu'abul Iman terbuka di pangkuan mereka.
Dari pengeras suara yang menjangkau hingga ke asrama Al Hasyimiah Mahasantri, suara K.H. Imdad Rabbani menggema. Dengan penuh keteduhan, beliau menjelaskan makna keimanan yang terkandung dalam kitab tersebut.
Menurut
Kiai Imdad, iman dan amal saleh tidak cukup hanya diyakini dalam hati atau
diucapkan dengan lisan, tetapi harus diwujudkan dalam perbuatan. Setiap
tindakan seseorang mencerminkan kadar keimanannya.
“Keimanan
dan amal saleh bukan hanya tertanam dalam hati dan terucap di lisan, tetapi
juga tercermin dalam perbuatan sehari-hari,” dawuhnya.
Beliau
menekankan bahwa keimanan yang kokoh tidak hanya membentuk karakter seseorang,
tetapi juga berdampak pada perilaku dan interaksi sosialnya. Semakin banyak
kebaikan yang dilakukan, semakin luas pula manfaatnya.
Sebagai
contoh, beliau menyebutkan pentingnya berbakti kepada orang tua, mempererat
silaturahmi, mendidik anak dengan nilai-nilai agama, serta menjalankan
kepemimpinan yang adil.
“Keimanan
dan amal saleh berdampak pada seluruh aspek kehidupan. Jika iman seseorang
baik, maka segala sesuatu dalam dirinya juga akan menjadi baik,”
ungkapnya.
Lebih
lanjut, Kiai Imdad menyoroti peran penting seorang pemimpin yang adil. Menurut
beliau, keadilan seorang pemimpin akan membawa kebaikan bagi banyak orang.
Sementara ketidakadilan justru menimbulkan keresahan dan tuntutan dari
rakyatnya.
Mengutip
pesan ulama salaf, beliau menyampaikan doa agar dianugerahi pemimpin yang adil:
اللهم ارزقنا إمامًا
عادلاً يقودنا بالحق وينشر العدل بيننا، فإن في عدله صلاح الأمة وخير العباد.
Artinya:
“Ya Allah, anugerahkanlah kami seorang pemimpin yang adil, yang membimbing kami
dengan kebenaran dan menegakkan keadilan di antara kami. Sebab, dalam
keadilannya terdapat kebaikan bagi umat dan kesejahteraan bagi hamba-hamba-Mu.”
Di
akhir pengajiannya, Kiai Imdad berpesan kepada para santri agar
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Keseriusan dalam belajar bukan hanya
untuk kepentingan pribadi, tetapi juga sebagai bekal untuk mengabdi dan memberi
manfaat bagi masyarakat.
“Pastikan
kalian belajar di pondok dengan sungguh-sungguh. Jika tidak, hasilnya tidak
akan maksimal ketika kembali ke masyarakat,” dawuhnya.
Kiai
Imdad juga mengingatkan kepada para santri bahwa ilmu dan amal harus berjalan
beriringan. Keimanan yang kuat harus diwujudkan dalam setiap aspek kehidupan,
termasuk dalam tanggung jawab sosial di tengah masyarakat.