PW Ansor NTB Gelar Dialog Deradikalisasi
Rabu, 25 Januari 2017 - 17:52MATARAM, ALFIKR.CO - Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Provinsi Nusa Tenggara Barat (NT) menggelar dialog ilmiah, Membedah Gerakan Radikalisme, Upaya Penaggulangan dan Solusinya” di Aula Kantor Wilayah PWNU NTB, Rabu (25/1/2017).
Beberapa nara sumber yang hadir dalam acara ini, Ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi NTB, Prof. Tuang Guru H. Saiful Muslim, MM, Kepala Biro Pemerintahan Pemda setempat, Kesbangpoldagri NTB, dari Polda NTB, serta Dir. Kemasyarakatan dan Humas Kombes Pol. Benny. Ada pula Pembantu Rektor I Universitas Islam Negeri Mataram, Dr. H. Masnun.
Ketua GP Ansor Wilayah NTB, H. Zamroni Azis menuturkan, kegiatan ini sebagai bentuk tanggungjawab dan kegelisahan atas situasi bangsa yang terjadi akhir-akhir ini. Pria yang juga Kepala Sub Bagian Humas Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi NTB ini menambahkan, GP Ansor sebagai underbow kepemudaan NU akan selalu mengikuti petunjuk dan fatwa Ulama.
“Ulama yang kami ikuti yang Warassatul’anbiya yang fatwanya menyejukkan hati umat dan semua komponen bangsa” terang tegas alumni satu pesantren NU di Jember Jawa Timur ini.
Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PWNU NTB Tuan Guru Ahmad Taqiyuddin mengatakan, ruh perjuangan NU adalah Hifzul Khamas, yaitu Hhifzuddiin (menjaga Agama), Hifzul Aqal (menjaga Aqal), Hifzunnafas (menjaga jiwa), Hifzul maal (menjaga harta) dan Hifzunnasal (Menjaga keluarga dan keturunan). Keluarga besar NU baik struktural ataupun kultural, memiliki tanggungjawab untuk menjaga agama dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Prof. H. Saiful Muslim, nara sumber dalam kegiatan ini memaparkan, radikalisme dimunculkan oleh Barat. Bagi masyarakat yang memiliki pemahaman yang dangkal tentang agama, maka mudah dipengaruhi oleh doktrin yang mengarah kepada gerakan yang radikal.
“Sebagai anak bangsa, kita harus memiliki wawasan yang luas sehingga tidak mudah terpengaruh dan bisa menangkal paham radikal,” terang tokoh yang juga senior GP Ansor Wilayah NTB ini.
Saat ini, Polda NTB menyoroti kasus gerakan terorisme di wilayah NTB, seperti di Bima dan Dompu. Modus gerakan terorisme di Kota Bima dan Kabupaten Dompu, sangat erat kaitannya dengan jaringan terorisme Poso.
Wakil Rois Syuriah PWNU NTB, Masnun menjelaskan, hasil riset ilmiahnya tentang gerakan Radikalisme di NTB disebabkan karena mereka tidak bersentuhan dengan pendidikan pondok pesantren yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah yang berbasis NU. Jika paham Aswaja Annahdliyah yang digunakan, tidak mungkin terpengaruh dengan gerakan radikalisme.*