Kisah Pesantren Tebuireng Melawan Penjajahan
Kamis, 08 September 2022 - 01:33alfikr.id, Probolinggo-Sejarah mencatat bahwa pondok pesantren memberikan sumbangsih yang amat besar terhadap kemerdekaan Indonesia. Wajar bila pesantren disebut sebagai benteng terakhir pertahanan rakyat Indonesia saat melawan penjajah. Dari sekian banyak pondok pesantren, salah satu pesantren yang memiliki sumbangsih dan kontribusi bagi bangsa Indonesia adalah Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Tebuireng.
Pondok Pesantren Tebuireng didirikan oleh KH. Hasyim Asy'ari pada tahun 1899, setelah beliau pulang menuntut ilmu di berbagai lembaga pendidikan terkemuka di Kota Mekkah. Ilmunya beliau amalkan kepada masyarakat dan para santrinya di Jombang. Sejarah nama "Tebuireng" berasal dari dusun kecil yang masuk wilayah Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Kala itu Desa Cukir dikenal sebagai sarang perjudian, perampokan dan pelacuran. Dilansir dari Tebuireng.online cerita masyarakat yang beredar, nama Tebuireng berasal dari “kebo ireng” (kerbau hitam). Versi lain menuturkan bahwa nama Tebuireng diambil dari nama punggawa kerajaan Majapahit yang masuk Islam dan kemudian tinggal di sekitar dusun tersebut.
Pesantren Tebuireng Melawan Penjajah.
Pada masa penjajahan Jepang, Tebuireng sudah dikenal dengan pusat pendidikannya. Catatan yang dinukil dari Tebuireng.com sejak tahun 1916, Tebuireng merintis pendidikan sistem madrasah dalam bentuk klasikal. Madrasah yang awalnya klasikal itu ditambahkan pelajaran bahasa Indonesia, matematika dan georgrafi pada tahun 1919. Tebuireng terus mengembangkan pola pendidikannya yang kuat sesuai dengan perkembangan zaman. Hasilnya, saat Jepang menjajah Indonesia pada tanggal 1 Maret tahun 1942, dan pada saat itu Jepang melarang masyarakat melakukan surat-menyurat selain menggunakan huruf latin. Hal itu dapat mempermudah alumni Tebuireng, lantaran para santri saat berada di Pesantren sudah belajar dan diajari huruf latin.
Besarnya pengaruh KH. Hasyim Asy’ari dinilai dapat mengancam kedudukan Jepang di Indonesia. Terbukti, saat Jepang sedang terlibat perang Pasifik atau perang Asia Timur Raya. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari dipenjarakan, lantaran menolak tunduk pada kemauan pemerintah Jepang untuk melakukan seikerei (kewajiban berbaris dan membungkukkan badan ke arah Tokyo setiap pukul 07.00 pagi), sebagai simbol penghormatan kepada Kaisar Hirohito dan ketaatan kepada dewa matahari. Selama empat bulan militer Jepang menahan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Saat di dalam penjara, beliau mengalami berbagai macam perlakuan kasar. Bahkan penyiksaan. Sehingga tulang-tulang jari tangan kanannya patah tidak dapat digerakkan. Melihat sang Ayah dipenjara, KH. Wahid Hasyim bersama KH. Wahab Hasbullah berjuang keras untuk membebaskan Kiai Hasyim dari tahanan. Salah satu cara yang ditempuh oleh keduanya adalah jalur diplomasi.
Berkat upaya diplomasi kedua tokoh dan pelbagai protes para kiai dan santri merebak di banyak daerah, para pembesar Jepang terutama Saikoo Sikikan di Jakarta akhirnya membebaskan KH. Hasyim Asy’ari pada 18 Agustus 1942.
Perjuangan pesantren Tebuireng terus berlanjut hingga saat perang mempertahankan kemerdekaan. Pesantren Tebuireng menjadi salah satu benteng pertahanan bagi para pejuang. Kala tentara sekutu ingin menguasai Kota Surabaya, kiai Hasyim Asy’ari bersama dengan kiai lainnya mengumandangkan Resolusi Jihad melawan Belanda pada 22 oktober 1945.
Kondisi bangsa Indonesia kala itu memang dalam keadaan genting. Hingga membuat Mbah Hasyim bersama dengan kiai lainnya berkumpul di Surabaya. Merumuskan Resolusi Jihad. Dari perkumpulan itu, akhirnya menghasilkan sebuah hukum yang mewajibkan umat Islam membantu tentara Indonesia melawan sekutu.
Tebuireng saat ini
Kini, usianya sudah menginjak lebih dari satu abad. Pesantren Tebuireng menjelma menjadi pesantren yang lebih moderat. Meskipun masih mengedepankan pendidikan salafi. Tebuireng kini menjadi simbol dari pendidikan agama Islam di Indonesia. Sistem pendidikan salafi yang selama ini dipegang, kini diimbangi dengan pendidikan umum, baik sains dan pengetahuan umum lainnya. Sebanyak 4.000 lebih santri menimba ilmu di Pesantren Tebuireng Jombang. Pun sudah tak terhitung lagi berapa ribu jumlah alumni santri Tebuireng yang kini telah membaur menjadi penggerak di masyarakat.