KH. Moh. Zuhri Zaini: Penyesalan yang Benar, Tobat yang Diterima
Rabu, 05 November 2025 - 15:22
alfikr.id, Probolinggo- 9 Oktober 2025, Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, kembali menggelar kegiatan rutin Ngaji Tawasuf ke-08 di Musala Riyadus Sholihin. Kegiatan tersebut diikuti para Mahasiswa Santri yang tampak khusyuk menyimak penjelasan KH. Moh. Zuhri Zaini.
Dalam pengajiannya, KH. Zuhri menyampaikan bahwa perjalanan seorang hamba menuju Allah harus diawali dengan ilmu, terutama ilmu syariat. Setelah memahami ilmu, langkah berikutnya adalah tobat, karena manusia tidak pernah lepas dari dosa dan kesalahan.
“Tanpa bertobat, ibadah kita dianggap tidak serius,” dawuh Kiai Zuhri.
Menurut beliau, tobat yang benar tidak cukup hanya diucapkan dengan lisan, tetapi harus disertai dengan penyesalan yang tulus. Penyesalan, kata Kiai Zuhri, merupakan perasaan yang tidak bisa dihadirkan dengan kesengajaan, melainkan muncul dari hati dan kesadaran penuh atas kesalahan yang telah dilakukan.
“Berbeda dengan datang ke majelis ini, penyesalan tidak bisa diundang. Penyesalan hadir karena kesadaran,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kiai Zuhri menegaskan bahwa seseorang yang tidak menyadari kesalahannya tidak akan pernah menyesal. Penyesalan baru muncul ketika seseorang merasakan akibat dari perbuatannya. Namun, ada juga orang yang menyesal sebelum akibat itu terjadi karena mengetahui bahwa akibatnya akan buruk bagi dirinya.
“Belum sampai pada akibatnya, kita sudah menyesal,” terang beliau.
Untuk menumbuhkan penyesalan, Kiai Zuhri menganjurkan agar setiap muslim melakukan tafakur (perenungan) terhadap perbuatan yang telah dilakukan. Melalui tafakur, seseorang akan menyadari bahwa setiap kesalahan, sekecil apa pun, berpotensi mencelakakan dirinya sendiri.
“Kita, andaikan terlanjur melakukan itu, maka kita akan menyesal,” dawuhnya.
Lebih jauh, beliau juga menyampaikan bahwa orang yang berbuat dosa besar namun tetap merasa tenang karena tidak menyadari keburukannya. Kiai Zuhri mencontohkan, dosa besar seperti pembunuhan yang jelas dianggap buruk, namun ada juga dosa besar lain seperti zina yang sering kali dianggap lumrah bahkan dibenarkan atas nama hak asasi manusia.
“Meskipun tidak tampak mengerikan seperti pembunuhan, zina tetap pelanggaran terhadap larangan Tuhan. Sebab semua aturan Tuhan itu membawa kebaikan. Hanya saja, kadang-kadang kita menyadari, kadang tidak,” ujarnya.
Menurut Kiai Zuhri, penyesalan yang benar adalah menyesali perbuatannya, bukan menyesali hukuman yang diterima. Sebab, ada orang yang baru menyesal setelah mendapat hukuman, bukan karena sadar akan kesalahannya.
“Ketika dihukum baru dia menyesal. Jadi bukan menyesali perbuatannya, tapi menyesal karena dihukum,” jelasnya.
Walaupun demikian, Kiai Zuhri menekankan pentingnya tafakur sebagai kunci utama untuk menumbuhkan penyesalan yang menjadi syarat sahnya tobat.
“Untuk syarat tobat, harus menyesali dosa-dosa yang kita lakukan,” pungkas beliau.