Hadapi Inflasi, Tak Cukup Hanya Menggunakan Kebijakan Moneter.
Rabu, 05 Oktober 2022 - 23:58alfikr.id, Jakarta- Inflasi tengah menjadi
isu menakutkan di pelbagai belahan dunia. Bahkan, beberapa negara mengalami
inflasi di level paling tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Akibatnya, Krisis konsumsi, ketahanan pangan, dan pasar finansial.
Wajar, jika resesi ekonomi
sudah diprediksi akan melanda sejumlah Negara. Sekretaris Jenderal UNCTAD, Rebeca
Grynspan memprediksi, negara-negara berkembang di Asia sedang menuju resesi ekonomi.
Apalagi, bila kebijakan negara-negara maju justru mengarah pada kenaikan suku
bunga.
“Kita masih punya waktu
untuk mundur dari tepi resesi. Tidak ada yang tak terelakkan. Kita harus
mengubah arah,” ujar Grynspan, dilansir dari cnbc Internasional (4/10/22).
Di Indonesia pun, sejauh
ini inflasi mulai merangkak naik meski bisa dikatakan masih terkendali. Namun,
patut menjadi perhatian bagaimana perkembangan inflasi ke depannya, apalagi
setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
Sri
Mulyani, Menteri Keuangan mengungkapkan, problem sisi penawaran, seiring
kenaikan harga-harga komoditas dunia di sokong gangguan pasokan domestik. Laju
inflasi meningkat dalam kurun waktu terkhir.
"Laju
inflasi menunjukkan tren meningkat, disebabkan karena sisi penawaran, seiring
dengan kenaikan harga-harga komoditas dunia, dan ada gangguan pasokan di
domestik," ujarnya saat konferensi pers KSSK secara virtual, Senin
(1/8/2022).
Untuk
mengatasi terjadinya inflasi, tidak cukup hanya menggunakan pendekatan moneter. Namun,
memperhatikan juga instrumen-instrumen yang berkaitan. Misalnya, melalui
penguatan ketahanan pangan, pengendalian bahan energi, dan pemantauan terhadap
pemasokan pasal lokal.
"Berfokus
hanya pada pendekatan kebijakan moneter tanpa mengatasi masalah sisi
penawaran di pasar perdagangan, energi dan makanan terhadap krisis biaya
hidup memang dapat memperburuknya," jelas laporan UNCTAD, dikutip dari
CNBC Internasional
Tak
kalah penting, optimisme dalam melakukan gerakan menahan laju inflasi. Mengambil kebijakan secara tegas sesuai dengan kebutuhan dan
pengendalian inflasi di setiap negara.
"Di
bawah tantangan rantai pasokan saat ini dan meningkatnya ketidakpastian, di
mana kebijakan moneter saja tidak dapat dengan aman menurunkan inflasi,
pragmatisme perlu menggantikan kesesuaian ideologis dalam memandu langkah
kebijakan selanjutnya," sambungnya.