Alami Intimidasi di Probolinggo, Greenpeace: Ancaman Disampaikan Terang-terangan

Selasa, 08 November 2022 - 12:21
Bagikan :
Alami Intimidasi di Probolinggo, Greenpeace: Ancaman Disampaikan Terang-terangan
Suasana saat Tim Chasing the Shadow Greenpeace dipaksa untuk membuat surat pernyataan. [Tangkapan layar]

alfikr.id, Jakarta- Tim pesepeda Chasing the Shadow Greenpeace mengalami penghadangan dan diintimidasi oleh sekelompok orang dari beberapa organisasi masyarakat (ormas) yang mengaku sebagai perwakilan masyarakat Probolinggo. 

Sekelompok ormas itu mendatangi rombongan Greenpeace yang tengah singgah di Kota Probolinggo. Mereka menyatakan menolak kegiatan bersepeda dan kampanye Chasing the Shadow di Bali. 

"Salah satu teman kami yang ikut dalam rombongan dipaksa membuat surat pernyataan dengan tanda tangan di atas materai agar tidak melanjutkan perjalanan, atau tidak melakukan kampanye apa pun selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali," ucap Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak melalui keterangan tertulisnya.

Tim pesepeda, kata Leonard, sudah mengalami intimidasi sejak berada di Semarang. Mulai dari orang-orang tak dikenal maupun yang berseragam polisi. Salah satunya saat on air di sebuah radio. Mereka didatangi oleh tujuh orang yang mengaku polisi. 

"Mereka menanyakan rencana aksi di Simpang Lima, Semarang. Padahal Greenpeace tak berencana menggelar aksi di kawasan tersebut," ujar Leonard.

Leonard mengungkapkan, selama pejalanan bersepeda, sejumlah aparat berseragam Korps Bhayangkara dan militer juga kerap terlihat di tempat-tempat yang disinggahi. Seperti di Desa Timbulsloko, Sayung, Demak, dan di Desa Tegaldowo, Gunem, Rembang. 

Aksi Berujung Represif 

Represi semakin meningkat saat tim bergerak dari Semarang menuju Surabaya. Tim Chasing the Shadow mengalami teror berupa pengintaian dari orang tidak dikenal dan indikasi perusakan kendaraan. Puncaknya terjadi dalam perjalanan menuju Probolinggo.

"Ancaman kepada kami jika melanjutkan perjalanan disampaikan secara terang-terangan, baik secara lisan maupun melalui penggembosan ban kendaraan," terangnya.

Leonard menilai, hal ini sangat merusak prinsip demokrasi, serta mencederai kebebasan berpendapat yang dijamin dalam konstitusi negara. Pola represif semacam ini, dia melanjutkan, juga banyak terlihat dalam kasus-kasus perampasan lahan, seperti di Kendeng dan Kulonprogo.

Padahal dalam melakukan kampanye, kata Leonard, selalu menerapkan prinsip-prinsip antikekerasan. Pesan kampanye yang mereka bawa dalam kegiatan tur sepeda ialah mengabarkan kepada publik bahwa krisis iklim sudah terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Bahkan mengancam sejumlah aspek dalam kehidupan, termasuk pangan dan sejarah kebudayaan. 

"Kegiatan bersepeda merupakan salah satu cara kami dalam mempromosikan solusi iklim untuk menciptakan masa depan Indonesia yang lebih baik. Sepeda merupakan simbol kendaraan yang paling minim emisinya sebagai solusi iklim," pungkasnya.

Penulis
Abdul Razak
Editor
Adi Purnomo S

Tags :