Jangan Anggap Remeh Kesalahan Kita Pada Orang Lain
Senin, 15 September 2025 - 17:56
alfikr.id, Probolinggo- Kesalahan manusia dalam kehidupan sehari-hari kerap terjadi, baik terhadap Allah maupun sesama manusia. Kelalaian dalam menjalankan perintah-Nya atau melanggar larangan-Nya merupakan bentuk dosa kepada Allah. Sementara itu, perbuatan seperti menggunjing, menzalimi, atau mengabaikan hak orang lain termasuk dosa sesama makhluk.
Hal tersebut disampaikan oleh KH. Moh. Zuhri Zaini dalam kuliah Tasawuf ke-VII di Musala Riyadus Sholihin, Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (21/08/2025).
Menurut Kiai Zuhri, meskipun melakukan kesalahan merupakan fitrah manusia, bukan berarti hal itu dibiarkan begitu saja. Sebab, setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Karena itu, umat Islam dituntut untuk senantiasa memperbaiki diri melalui tobat kepada Allah, serta meminta maaf kepada sesama jika terjadi pelanggaran dalam hubungan sosial.
“Kalau dosa kepada Allah, cukup dengan tobat dan memohon ampun kepada-Nya. Tapi jika dosa kepada sesama, kita juga harus meminta maaf langsung kepada orang yang dizalimi,” terang Kiai Zuhri.
Beliau menambahkan, pelanggaran terhadap hak sesama manusia cenderung lebih rumit diselesaikan. Sebab, selain meminta maaf, pelaku juga wajib mengembalikan hak yang telah diambil, baik berupa materi (benda) maupun non-materi seperti kehormatan diri.
Kiai Zuhri mencontohkan, jika seseorang mencuri uang orang lain, maka uang tersebut harus dikembalikan atau diganti. Namun dalam kasus pelanggaran non-materi, seperti pencemaran nama baik, penyelesaiannya harus dilakukan dengan permintaan maaf secara langsung kepada pihak yang dirugikan.
Apabila pelanggaran itu terjadi di media sosial, kata beliau, misalnya kita menjelek-jelekkan, memfitnah, atau menyebarkan hal buruk tentang seseorang di media sosial, maka permintaan maaf pun sebaiknya disampaikan melalui media sosial juga. "Kalau orangnya minta supaya kita minta maaf di media sosial ya kita lakukan," dawuhnya.
Akhir -akhir ini adanya media sosial membuat sebagian orang merasa ringan melakukan ghibah atau menzalimi orang lain tanpa menyadari dampaknya. Padahal, hal itu termasuk pelanggaran hak non-materi yang wajib dikembalikan.
"Sebab, saat ini hal-hal seperti ini sering dianggap remeh," dawuhnya.
Dalam kasus tertentu, seperti kehilangan sandal usai salat Jumat lalu mengambil sandal orang lain, bisa jadi pemilik sandal tidak diketahui. Jika tidak memungkinkan mengembalikan secara langsung, maka pelaku dianjurkan memohon keikhlasan dari orang yang bersangkutan.
Lebih lanjut, Kiai Zuhri mengingatkan bahwa ibadah yang dilakukan oleh seseorang yang masih menyimpan utang moral terhadap sesama, maka ibadahnya tidak diterima dengan sempurna.
Rasulullah pernah bersabda: "Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab, "Ya Rasulullah, orang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki dirham maupun harta kekayaan lainnya."
Namun Rasulullah pun menjawab: "Bukan itu. “Orang yang datang membawa pahala salat, zakat, dan amal lainnya, namun pernah menzalimi orang lain, maka pahalanya akan diberikan kepada mereka yang dizalimi."
Dengan demikian, Kiai Zuhri menegaskan, tobat yang benar harus disertai dengan penyesalan dan tekad untuk berhenti dari perbuatan salah dan dosa. Tanpa itu, permohonan ampun tidak akan berarti. “Kalau tidak berhenti, maka sia-sia membaca istighfar,” tegasnya.