Kampung Bena: Kampung Adat di Flores yang Kaya Akan Tradisi dan Budaya

Sabtu, 17 Desember 2022 - 18:05
Bagikan :
Kampung Bena: Kampung Adat di Flores yang  Kaya Akan Tradisi dan Budaya
Kampung Adat Bena, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, [Foto: mytrip.co.id]

alfikr.id, Flores- Flores merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang kaya akan budaya dan tradisnya. Ketika berkunjung ke daerah tersebut  terdapat puluhan rumah adat berdiri memanjang pada dua sisi di tanah bertingkat. Di tengahnya terdapat beberapa pondok kecil berbentuk kerucut.

Kampung adat Bena namanya, terletak di Kabupaten Ngada, berjarak sekita 130 km dari ende. Kampung tersebut menjadi salah satu kampung adat yang selalu mengundang minat para wisatawan.

Kampung Bena terletak di sisi timur Gunung Inerie. Posisinya diapit perbukitan yang ditumbuhi rimbun pepohonan. Kampung ini dapat diakses dari Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada, dengan menempuh perjalanan darat sekitar 15 km.

Budaya menenun  di kampung Bena masih terus terjaga. Di mana hasil tenun para ibu-ibu yang dipajang di halaman rumah nantinya akan di jual kepada para wisatawan.

Dikutip dari kompas.id, semua rumah warga di kampung terbuat dari bambu, kayu, ilalang, dan ijuk. ”Kami di sini mengandalkan budaya. Jadi, budaya leluhur terus dipertahankan, termasuk dalam membangun rumah,” ujar Marselus Selu (64), warga Kampung Wogo kepada wartawan kompas.id.

Sejumlah warga yang tinggal di Kampung Bane dikenal sebagai pelestari alat musik tradisional Ngada, seperti foy doa, foy pai, dan bombardom. Ketiganya merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bambu

Selain itu terdapat anggota Kelompok Subinana yang di isi oleh sekelompok ibu-ibu yang sering membuat beragam produk anyaman, seperti mbere (wadah sirih dan pinang yang dipakai saat upacara adat), tas, dan polybag.

Dilansir dari kompas.id Sovia Mako (72), anggota Kelompok Subinana, mengatakan, saat ini, sudah jarang anak muda yang terampil menganyam. Padahal, keterampilan itu merupakan budaya leluhur yang diwariskan lintas generasi.

”Saat saya remaja pada 1960-an, hampir semua anak suka menganyam bambu. Namun, kondisi sekarang berbeda. Anak-anak sibuk main handphone. Sekarang kami coba ajak anak-anak belajar menganyam agar tradisi ini tidak hilang,” katanya kepada wartawan kompas.id.

Sekitar 1,5 jam perjalanan darat dari Nginamanu, terdapat tempat ritual adat di Kampung Adat Wolowea, Kabupaten Nagekeo, Flores. Di lokasi itu terdapat dua tiang kayu bercabang yang disebut peo. Tiang itu merupakan simbol leluhur perempuan dan laki-laki.

Di tempat inilah masyarakat adat menggelar pesta adat zoka. Pesta budaya ini digelar empat hari empat malam untuk memperkuat persaudaraan sembilan anak suku Wolowea.

Goresan sejarah dan budaya yang dipelihara membuat ”Nusa Bunga” semakin kaya akan makna.

Penulis
Zulfikar
Editor
Abdul Razak

Tags :