Jejak Ki Hajar Dewantara dalam Dunia Pendidikan Indonesia

Sabtu, 17 Desember 2022 - 20:08
Bagikan :
Jejak Ki Hajar Dewantara dalam Dunia Pendidikan Indonesia
Presiden Sukarno berbincang dengan Ki Hadjar Dewantara, pendiri Taman Siswa, 31 Januari 1955. Sumber: [ANRI]

alfikr.id, Probolinggo- Siapa yang tidak mengenal mantan Menteri Pengajaran Republik Indonesia (1945–1945), Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau dikenal dengan Ki Hajar Dewantara. Seorang bangsawan Jawa, aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda.

Kiprahnya memperjuangkan dan memerdekakan anak bangsa dalam dunia pendidikan, membuat Ki Hajar Dewantara ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 28 November 1959 oleh Presiden Soekarno sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Dalam catatan sejarah, Ki Hajar Dewantara memulai perjuangannya dengan bergabung ke dalam organisasi Budi Utomo pada tahun 1908.

Peran beliau dalam organisasi pergerakan nasional itu tak lain hanya untuk menyadarkan masyarakat pribumi. Bahwa, semangat kebersamaan dan persatuan bangsa Indonesia itu sangat penting.

Setelah itu, Ki Hajar Dewantara melanjutkan perjuangannya sampai merambah ke bidang pendidikan.  

Dilansir dari laman Kompas.com, berikut jejak Ki Hajar Dewantara dalam memajukan pendidikan Indonesia.

Mendirikan Taman Siswa

Upaya memajukan pendidikan indonesia, Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah bernama Taman Siswa di Yogyakarta pada 3 Juli 1922.

Lewat Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara berusaha memadukan pendidikan bergaya Eropa dengan pendidikan gaya Jawa tradisional.

Di sekolah ini pula Ki Hajar Dewantara menumbuhkan rasa kesadaran siswa bumi putra akan hak-hak mereka dalam mendapatkan pendidikan yang layak.

Pada awal berdirinya lembaga tersebut, Perguruan Taman Siswa hanya memiliki Taman Anak saja, yang terdiri dari Sekolah Dasar kelas 1, 2, dan 3, serta dengan jumlah murid sebanyak 130 anak. Selain itu, terdapat guru kursus yang diikuti oleh 10 orang.

Sebagai pendiri lembaga, Ki Hajar Dewantara juga ikut andil menjadi pengajar di sekolah Taman Siswa bersama guru lainnya. Seperti Nyi Hajar Dewantara, Djoemilah, Frantin, Soedjati, dan Soedjatin.

Para pengajar ini merupakan lulusan dari sekolah guru dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), yaitu merupakan sekolah menengah pertama pada zaman kolonial Belanda.

Setelah lembaganya mengalami perkembangan, Ki Hajar Dewantara kemudian mengadakan Kongres Pertama Taman Siswa di Yogyakarta pada tanggal 20 Oktober 1923.

Adapun hasil dari kongres tersebut adalah terciptanya beberapa asas Taman Siswa sebagai berikut:

1. Memerdekakan manusia untuk menentukan dan mengurus hidupnya sendiri.

2. Diperingatkan bahwa mengajar harus memberi pengetahuan yang berfaedah.

3. Harus berdasar pada kebangsaan.

4. Mementingkan penyebaran pengajaran bagi rakyat umum.

5. Tidak menerima donatur.

6. Harus berhemat.

7. Mendidik anak murid dengan sistem Among.

Hingga saat ini, sekolah Taman Siswa masih berdiri di Kota Yogyakarta.

Pencetus Tut Wuri Handayani

Selain mendirikan sekolah, Ki Hajar Dewantara juga menjadi pencetus semboyan pendidikan yang disebut Tut Wuri Handayani.

Berikut merupakan Isi dari Tut Wuri Handayani:

1. Ing Ngarsa Sung Tuladha (sang pendidik harus memberi teladan dan tindakan yang baik).

2. Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide).

3. Tut Wuri Handayani (seorang guru harus memberi dorongan dan arahan).

Mencetus Pancadharma

Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga mencetuskan lima asas pendidikan yang disebut sebagai Pancadharma.

Isi Pancadharma adalah:

1. Kodrat alam: Yakin secara kodrati akal pikiran manusia dapat dikembangkan dan berkembang.

2. Kemerdekaan: para peserta didik diarahkan untuk merdeka secara batin, pikiran, dan tenaga.

3. Kebudayaan: menyadarkan peserta didik bahwa pendidikan disuguhkan oleh proses yang dinamis dan tidak berhenti.

4. Kebangsaan: memperjuangkan prinsip rasa kebangsaan.

5. Kemanusiaan: menempatkan manusia dalam hubungan persahabatan antar bangsa.

Penulis
Adi Purnomo S
Editor
Imam Sarwani

Tags :