LBH Surabaya Launching Catahu: 4 Dampak PLTU Paiton Bagi Masyarakat Pesisir

Kamis, 29 Desember 2022 - 17:39
Bagikan :
LBH Surabaya Launching Catahu: 4 Dampak PLTU Paiton Bagi Masyarakat Pesisir
Foto: Screenshot YouTube YLBHI LBH Surabaya

alfikr.id, Surabaya- Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya, launching Catatan Tahunan (Catahu), tahun 2022 bertajuk "Our Enemies in Dark Grey" pada Kamis (28/12/2022) pagi.

Dalam laporan tersebut LBH Surabaya menemukan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton. Selain menghasilkan Listrik Berkapasitas besar, PLTU terbesar di Asia Tenggara itu juga mewariskan empat dampak buruk terhadap masyarakat sekitar.

Pertama, kerusakan terumbu karang dan penurunan tangkapan ikan di Desa Binor. 

Terbukti saat LBH Surabaya melakukan observasi dan wawancara kepada Pak Suryo yang merupakan nelayan Desa Binor Kacamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Ia mengungkapkan bahwa semenjak adanya PLTU hasil tangkapan ikan semakin menurun.

“Kalau sekarang tidak menentukan apa-apa dek, kalau dulu saya bisa membahas. Pokoknya ya. kerja satu hari bisa buat makan satu minggu, tapi kalau sekarang itu mau makan ikan cukup dimakan sendiri. Tidak menjual apa-apa," ujar Suryo kepada tim riset LBH Surabaya dalam laporanya.

Tak hanya penurunan hasil tangkapan ikan, LBH Surabaya juga menemukan bahwa wilayah tangkapan ikan nelayan Paiton kian jauh. Sebelumnya nelayan cukup mencari ikan di bibir pantai. Namun kini mereka harus ke tengah laut. Keadaan itu cukup membuat nelayan merugi. Pasalnya mereka harus menambah biaya solar. Hanya saja penghasilannya tak sebanding.

Dampak lain yang dialami masyarakat Desa Binor yakni paparan debu batu bara. Temuan LBH menyebutkan bahwa masyarakat yang berbatasan langsung dengan PLTU itu mengeluh. 

Julaika, salah seorang pemilik warung makan di sekitar PLTU menegaskan bahwa debu batu bara itu biasa terjadi setiap musim. Meski sebarannya berbeda.

"Kalau di musim kemarau tingkat keparahan semakin tinggi sedangkan dimusim hujan debu tetap mengotori atap-atap pemukiman warga hanya saja tidak separah saat musim kemarau,” ujar Julaika.

Tak hanya di pesisir, permasalahan PLTU Paiton itu juga menyebabkan hasil panen petani menurun. LBH Surabaya menemukan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir kesuburan tanah berkurang dan berdampak pada menurunnya kualitas tanaman.

“Mulai ada proyek pembangunan PLTU terdapat kekurangan, termasuk berakibat ke pohon-pohon kelapa banyak yang mati dan tanaman-tanaman di sawah banyak penghasilan yang berkurang tidak seperti dahulu sebelum ada PLTU disini,” ucap Abdul Razak petani dari Dusun Buaran, Desa Kota Anyar.

Dari semua catatan itu, Sumbangsih PLTU terhadap perubahan iklim (climate change) tengah dirasakan oleh masyarakat sekitar. Terbukti, dari wawancara dan diskusi yang dilakukan oleh LBH Surabaya. Para petani, nelayan, dan kelompok pemuda menjelaskan bahwa hasil panen, penagkapan ikan tidak hanya disebabkan oleh pencemaran debu dan tumpahan batu bara. Tetapi, warga sekitar menegaskan kerugian tersebut disebabkan oleh kalender cuaca yang susah untuk diprediksi.

Untuk menguatkan itu, LBH Surabaya mengutip hasil penelitian dan kajian dari Cindy Sobrina Felisa, Dkk. 

“Proses pengelolaan air limbah PLTU Paiton unit 3,7, dan 8 disebabkan oleh emisi ke udara berupa CO₂ akibat penggunaan listrik. CH₄, N₂O dan emisi dari air limbah yaitu COD, Ammonia, PO₄, Cr, Cu, dan Zn. Hasil kajian menghasilkan dampak berupa Climat Change sebesar 268,02 kPt, Ecosystem Quality 0,04 Kpt, dan human health sebesar 0,04 kPt. Climate Change merupakan hotspot dengan presentasi dampak sebesar 99,8% terhadap lingkungan," tulisnya

Penulis
Agus Wahyudi
Editor
Zulfikar

Tags :