Tata Kelola Sampah Buruk, Mikroplastik Cemari Sungai
Jum'at, 30 Desember 2022 - 19:26alfikr.id, Probolinggo-Dengan mengendarai sepeda motor, Prigi Arisandi dan Amiruddin Muttaqin berangkat dari Gresik, Jawa Timur berkeliling Indonesia. Sejak Maret 2022 dua peneliti Ecological Observation and Wetland Conservation (ECOTON) meneliti 68 sungai di Nusantara bertajuk Ekspedisi Sungai Nusantara.
Ekspedisi yang dilakukan Prigi dan Amiruddin ini juga melibatkan peneliti, jurnalis, dan komunitas untuk memeriksa kesehatan sungai Nusantara.
Direktur Eksekutif Ecoton, Prigi Arisandi, menuturkan bahwa ekspedisi tersebut merupakan ikhtiyar untuk memberikan pemahaman akan pentinganya menjaga sungai, agar tetap lestari.
"Selama ekspedisi, tim juga akan berbagi ilmu untuk menjaga sungai lewat training yang akan kita berikan kepada masyarakat di sepanjang sungai-sungai yang kita kunjungi," katanya usai acara syukuran dan ceremony pemberangkatan tim ESN di depan gedung inspirasi Dusun Krajan, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jumat (25/3), seperti dikutip dari surabaya.inews.id.
Mereka melakukan kajian kesehatan sungai dengan cara mendeteksi serangga air, polutan dalam air, dan kadungan mikroplastik. Temuan mereka menyebutkan dari 68 sungai strategis nasional, ada lima provinsi yang paling tinggi terkontaminasi partikel mikroplastik.
Provinsi Jawa Timur ditemukan 636 partikel/100 liter, Provinsi Sumatera Utara ditemukan 520 partikel/ 100 liter, Provinsi Sumatera Barat ditemukan 508 partikel/100 liter, Provinsi Bangka Belitung 497 partikel/100 liter, Provinsi Sulawesi Tengah 417 partikel/100 liter.
Dalam keterangan tertulis yang diterima alfikr.id, mereka menyebutkan bahwa air sungai memiliki peranan vital dalam kehidupan makhluk hidup sehari-hari sebagai habitat berbagai macam organisme.
Namun faktanya, keadaan sungai di Indonesia sampai ini dinilai masih buruk karena banyak ditemukan sampah plastik di bantaran dan badan air.
“Hal ini yang menjadi sumber dari adanya kontaminasi mikroplastik, yaitu partikel plastik yang berukuran kurang dari 5 mm,” tulis mereka.
Mereka menerangkan bahwa kontaminasi mikroplastik di sungai indonesia tahun 2022 didominasi oleh beberapa hal. Pertama, Fibre (Serat) sebanyak20 %.
Sumbernya berasal degradasi kain sintetik akibat kegiatan rumah tangga pencucian kain, laundry dan juga limbah industri tekstil. Fibre juga disebabkan oleh sampah kain yang tercecer di lingkungan yang terdegradasi karena faktor alam (suhu, arus air dll)
Kedua, Film (Filamen) 60 %, berasal dari degradasi sampah plastik tipis dan lentur (kresek dan kemasan plastik Single layer SL). Ketiga, Fragment60 %, berasal dari deradasi sampah plastik kaku dan tebal (kemasan sachet multilayer ML, tutup botol, botol shampo dan sabun).
Keempat, Pellet 4 %, merupakan mikroplastik primer yang langsung diproduksi oleh pabrik sebagai bahan baku pembuatan produk plastik. Kelima, Foam 0,4 %, berasal dari degradasi setiap jenis plastik dengan struktur foam (berbusa), misalnya dari Styrofoam atau plastik lainya meliputi poliestirena (PS), polietilena (PS) atau polivinil klorida (PVC).
Tata Kelola Sampah Buruk
Mereka mengutip hasil kajian data Kementerian PUPR 2020 yang dilakukan oleh Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) menunjukkan bahwa tata kelola sampah di Indonesia belum merata. Di samping itu regulasi terkait tata kelola sampah di level daerah masih minim.
“Dari 514 kabupaten dan kota di Indonesia hanya 45% yang sudah memiliki Perda Persampahan dan Perda Retribusi Persampahan,” tulis mereka.
Pengelolaan sampah masih dilakukan secara tradisional memakai pola land field. Padahal pola ini sangat berbahaya karena hanya buang, angkut dan timbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Mereka menegaskan bahwa semakin bertambahnya timbunansampah menandakan bahwa banyak sampah plastik yang bocor ke lingkungan. Di sisi lain TPA yang overload di setiap daerah mengakibatkan adanya kontaminasi mikroplastik di 68 sungai Indonesia yang tersebar di 24 provinsi di 9 pulau di Indonesia.
Selain itu, masalah lain yang mereka temukan yakni pemanfaatan sampah saat ini masih sangat kecil, hanya sekitar 7,5?ri total sampah yang menumpuk setiap hari.
“Sudah saatnya pemerintah pusat dan daerah segera membuat kebijakan dan strategi untuk menyelesaikan masalah persampahan dan tata kelola sampah di indonesia agar sampah plastik tidak bocor ke lingkungan yang menjadi cikal bakal Mikroplastik,” tegas mereka.