Permainan Enggrang Batok: Manfaat dan Kepunahannya
Selasa, 31 Januari 2023 - 03:13alfikr.id,
Blitar – Pada zaman kemerdekaan tahun 1960-an, permainan Enggrang
terus berkembang di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Nama Enggrang di setiap
daerah berbeda-beda, misalnya di Lampung disebut Egrang, di Jawa Tengah
Jangkungan, Sumatera Barat akrab dengan sebutan Tengkak-Tengkak, dan Ingkau
dalam bahasa Bengkulu. Permainan ini disinyalir dipengaruhi oleh budaya China.
Bahan baku pembuatan
Enggrang mudah ditemukan, bahkan sangat banyak di sekitar kita. Batok kepala
menjadi bahan utama permainan ini, dengan melubangi bagian tengahnya dan lubang
itu dimasuki tali tampar yang diikat kuat dibagian dalam tempurung.
Dalam Kamus Jawa (Baoesastra)
karangan W.J.S Poerwadarminto terbitan 1939 halaman 113, disebutkan kata egrang-egrangan
diartikan permainan dengan menggunakan alat yang dinamakan egrang. Sementara
egrang sendiri diberi makna bambu atau kayu yang diberi pijakan (untuk kaki)
agar kaki leluasa bergerak untuk berjalan.
Cara memainkannya
sangat mudah, telapak kaki kanan dan kiri masing-masing dimasukkan ke ujung
bawah kedua tali. Posisi tempurung menghadap ke bawah, sembari mengangkat
tempurung menggunakan kaki, pemain bisa berjalan secara bergantian antara kaki
kanan dan kiri.
Irwan P. Ratu Bangsawan,
selaku peminat kajian seni dan budaya menyampatkan bahwa ada beberapa manfaat permainan enggrang batok ini, yaitu
melestarikan budaya olahraga tradisional bangsa, dapat mengembangkan berbagai
macam fungsi tubuh, meningkatkan sikap sportivitas antar pemain dan teman,
dapat menjalin hubungan persahabatan dan kerjasama yang baik, dan mengembangkan
kemampuan pengguna strategi dan teknik yang terlibat dalam aktivitas suatu
permainan.
Dahulu, permainan
Enggrang digunakan masyarakat tradisional untuk menyehatkan badan. Seperti
melatih motorik kasar, melatih keseimbangan tubuh, melatih koordinasi dan
kelincahan serta mengasah keberanian.
Namun pada era sekarang,
permainan tradisional ini mengalami kepunahan. Menurut Endi Aras selaku
Pemerhati Permainan Tradisional dan Pendiri Gudang Dolanan Indonesia,
mengatakan penyebab terjadi pergeseran Permainan lokal seperti Enggrang Batok
Kelapa ialah terputusnya komunikasi antara orang tua dan anak, dan semakin
berkurangnya lapangan untuk bemain, bahkan juga disebabkan oleh masuknya jenis
permainan modern.