Haul dan Harlah, KH. Zuhri Zaini : Pentingnya Mensyukuri dan Meneladani Muassis Pendiri

Senin, 20 Februari 2023 - 17:20
Bagikan :
Haul dan Harlah, KH. Zuhri Zaini : Pentingnya Mensyukuri dan Meneladani Muassis Pendiri
KH. Zuhri Zaini Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo Saat Memberikan Sambutan Pada Acara Haul & Harlah Ke 74 [Foto: Humas Infokom Pondok Pesantren Nurul Jadid]

alfikr.id, Paiton- Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo menyelenggarakan kegiatan Haul Masyayikh dan Hari Lahir (Harlah) yang ke 74, bertempat di halaman Kantor Pesantren, Minggu malam (19/02/2023).

Pada kesempatan tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH Zuhri Zaini hadir di tengah-tengah acara. Dalam sambutannya beliau menyampaikan, bahwa  acara Haul dan Harlah merupakan acara rutin pondok pesantren Nurul Jadid sama seperti di pesantren-pesantren lain.

Namun sekalipun merupakan acara rutin seperti acara seremonial, tentu, Kyai Zuhri menururkan,  tidak ingin kehilangan khidmah, sekalipun di ulang-ulang setiap tahun.

“Yang jelas peringatan Harlah ini, kita harus bersykur, sebab pesantren yang telah berdiri dan berkembang hingga saat ini mampu memberikan pelayanan-pelayanan kepada masyarakat dan umat, dan saya yakin tanpa pertolongan Allah kita tidak akan bisa,” jelas beliau.

KH. Zuhri mendawuhkan bahwa,  selain bersyukur kepada Allah, kita juga harus mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang berjasa kepada kita. Sebab jasa-jasa beliaulah, Allah memberikan nikmat berupa berdirinya pondok pesantren ini. 

"Kita harus berterimakasih kepada pendiri, masyayikh dan pengasuh yang ikut memberikan kontribusi di dalam berdirinya dan berlangsungnya pondok pesantren ini," dawuhny saat sambutan.

Beliau menerangkan,  mensyukuri nikmat tidak cukup dengan kita mengucapkan Alhamdulilah, tidak cukup hanya dengan mengenang dan mendoakan orang-orang yang telah berjasa kepada kita, sekalipun itu suatu hal yang wajib bagi kita, dalam rangka mensyukuri. Tapi lebih dari itu tentunya kita berupaya mengenangnya.

"Alhamdulilah tadi sudah dibacakan dari sedikit manaqib biografi para pendahulu kita, kita tentunya berupaya meneladani beliau-beliau,” terang beliau.

Tak hanya itu, KH. Zuhri juga menambahkan, pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengkaderan yang memberikan bekal kepada para santri-santri yang belajar di pesantren. Agar mereka, Kyai berharap, kelak bisa bermanfaat dan bisa menjadi penerus dari perjuangan para pendahulunya. Syubbanul yaum rijalul ghad yang bermakna bahwa pemuda hari ini adalah pemimpin besok hari. 

"Kita harus mempersiapkan dengan baik melalui pendidikan yang komprehensif, baik keilmuan, akhlaq karimah. Dengan itu semua tentu masa depan kita akan cerah. Bukan hanya mereka para santri, masyarakat dan bangsa ini," ungkapnya.

Sebab, menurut beliau ketika hal itu tidak berhasil kita lakukan dan mempersiapkanya buat anak anak kita, maka  khawatir masa depan bangsa ini terjerumus kepada kehancuran. 

"Jika semua itu tidak berhasil kita lakukan maka masa depan bangsa ini akan terjerumus kepada kehancuran," terangnya.

Melaksanakan pendidikan dan merawat pesantren, beliau menambahkan, tidak mudah. Sebab butuh perjuangan dan sumbangsih dari pelbagai pihak. Sejak berdirinya pesantren ini tidak hanya peran Almarhum Almagfurlah KH. Zaini Mun’im saja, sekalipun beliau sebagai inisiator dan pemeran utamanya. Tapi banyak pihak lain yang berkontribusi baik dari para alim ulama, tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintah.

“Tentu di dalam keberhasilan pondok pesantren ini, tak terlepas dari peran para Wali santri,"

Sebelum mengakhiri sambutannya, beliau menyampaikan, keberhasilan suatu pendidikan itu dikatakan dalam suatu Syarah Ta'lim Al-Muta'Allim "Panduan Etika dan Metode dalam Menuntut Ilmu”. Beliau menjelaskan keberhasilan suatu pendidikan itu ada tiga; Pertama pelajar; Kedua, guru; Ketiga, otang Tua. Sebab kewajiban mendidik dan mengajar bukan kewajiban guru dan kiai, tapi yang wajib orang tua.

"Keberhasilan pendidikan itu ada tiga; pertama pelajar; kedua guru; ketiga orang tua. Sedangkan lembaga pendidikan itu hanya membantu,” pungkas beliau.

Penulis
Khoirul Anam
Editor
Imam Sarwani

Tags :