Tak Dibayar, Kesehatan Terancam
Rabu, 22 Februari 2023 - 00:40alfikr.id, Probolinggo-Hari Peduli Sampah Nasional diperingati saban tanggal 21 Februari. Namun persoalan sampah di Indonesia seperti tak jelas juntrungannya. Pembuangan sampah dengan metode open dumping (di tempat yang terbuka) yang digunakan sejak tahun 2013 pun tidak menyelesaikan masalah.
Saban tahun sampah-sampah itu terus menggunung. Semua berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Seperti yang terjadi di TPA Seboro Kabupaten Probolinggo.
“Penanganan sampah masih tetap jadi atensi. Jika sampah berserakan, tentu akan menimbulkan dampak yang masif. Bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah kesehatan,” jelas Kepala Bidang Pengelolaan Sampah DLH Kabupaten Probolinggo Iskandar seperti dilansir Radarbromo.com.
Sepanjang 2022, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Probolinggo mengangkut 17.518 ton sampah. Dari data angkut sampah DLH, terdapat 17.518 ton yang diangkut ke tempat pemrosesan akhir (TPA) Seboro, Kecamatan Krejengan.
Ada tiga kecamatan yang terbanyak menghasilkan sampah. Di antaranya, Kecamatan Kraksaan sebanyak 5.621 ton, Kecamatan Paiton sebanyak 2.406 ton, dan Kecamatan Dringu sebanyak 2.280 ton.
Secara angka sampah yang diangkut ke TPA menurun, meski tidak terlalu signifikan. Namun, minimnya pengelolahan sampah menjadi problem serius. Ketidakberesan sistem pengolahan sampah di TPA berbuntut pada rentannya masyarakat yang berprofesi menjadi pemulung.
Mereka yang memilah sampah terpotret kamera fotografer ALFIKR, Zulfikar, tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Taruhannya adalah kesehatan. Mereka menghadapi risiko yang begitu besar dalam mencari nafkah. Tak ada jaminan kesehatan dan bayaran dari pemerintah. Rupiah yang mereka dapat tak lain dari timbangan hasil memilah sendiri.
Realita yang membuat mengeluas dada itu mesti mampu mengetuk political will pemerintah untuk serius menyelesaikan permasalahan sampah. Hasil liputan foto-foto tersebut sudah terbit di rubrik RANA Majalah ALFIKR Edisi 34.