Rakornas LPBINU, Gus Yahya: Perubahan Iklim Menjadi Ancaman Nyata Bagi Manusia

Minggu, 04 Juni 2023 - 11:12
Bagikan :
Rakornas LPBINU, Gus Yahya: Perubahan Iklim Menjadi Ancaman Nyata Bagi Manusia
Bahan Perubahan Iklim, LPBINU Menggelar Rakornas di Pesantren Al-Hamidiyah

alfikr.id, Depok- Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) yang dilaksanakan selama dua hari dari tanggal 02-04 Juni 2023, bertajuk “Ekologi Spritual: Upaya Merawat Jagat Membangun Peradaban” yang secara resmi dibuka di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Depok, Jawa Barat. Pada Sabtu (03/06/23).

Acara ini dihadiri Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatu Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf atau yang kerap disapa Gus Yahya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, S.Sos., M.M.

Selain itu, Ketua LPBINU Dr. Tubagus H. Ace Hasan Syadzily, M. Si. Direktur Utama Yayasan Islam Al-Hamidiyah Dr. H. Imam Susanto,Sp.B., SP.BP-RE (K). Serta diikuti seleruh pengurus LPBINU se-Indonesia dengan tujuan mengkonsolidasikan kelembagaan LPBINU dalam perannya menghadapi bencana di Indonesia.

Gus Yahya mengatakan masalah penanggulangan bencana dan perubahan iklim merupakan rangkaian kompleks dan harus didekati dari berbagai perspektif. “menyangkut perubahan iklim ini sangat fundamental. Ini juga menyangkut satu aset kebijakan kompleks yang harus didesain sedemikian rupa untuk menjadi output yang koheren,” katanya, dilansir dari mediaindonesia.com. Pada Sabtu (03/06/23).

Selanjutnya, sambutan Ketua LPBINU mengatakan bahwa perubahan iklim menjadi ancaman nyata bagi manusia seperti korban jiwa, hilangnya aset, dan menurunnya aktivitas produksi khususnya di sektor pertanian.

“cuaca ekstrem hingga bencana alam yang sering terjadi berkaitan erat dengn perubahan iklim dan menimbulkan kerugian yang begitu besar bagi umat manusia,” katanya pada pembukaan Rakornas LPBINU di Ponpes Al-Hamidiyah, Depok, Jawa Barat, mengutip dari laman nu.or.id. Sabtu (03/06/23).

Menurutnya, perubahan iklim perlu menjadi perhatian serius di Indonesia. Persoalan ini bukan hanya soal kemanusiaan, tetapi isu universal yang menyangkut eksistensi bumi sebagai tempat planet hidup,

Jika perubahan iklim ini tidak segera ditangani maka akan timbul berbagai bencana seperti, banjir, longsor, kekeringan, pemanasan global, dan lain-lain. Apalagi di Indonesia berada pada cincin api yang dihantui dengan berbagai jenis-jenis bencana.

“Mungkin di antara kita ingat pemikiran Sayyid Hossein Nasr seorang guru besar bahwa krisis lingkungan dan kerusakan alam tidak serta merta disebabkan oleh alam itu sendiri, melainkan ada intervensi manusia dan sains yang turut menyebabkan degradasi lingkungan,” ujarnya.

Selain itu, ia menjelaskan bahwa untuk mengatasi problem tersebut, Sayyid Hossein Nasr menawarkan dengan mencoba agama hadir melakukan rekontektualitas nilai-nilai agama dan kearifan lokal.

“Rakornas ini menindaklanjuti apa yang menjadi arahan ketua umum yaitu spiritual ekologi. Konsep tersebut sejalan dengan apa yang telah dihasilkan dari rekomendasi tokoh-tokoh agama yang dilaksanakan di Bali yang bergabung dalam R20, salah satunya memeperkenalkan konsep spiritual ekologi dan ini sejalan juga dengan semangat 1 Abad NU yang mengusung tema merawat jagat,” jelasnya.

Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, S.Sos., M.M. menyampaikan perubahan iklim yang kini terjadi di dunia berpotensi memicu kejadian bencana, terbukti meningkatkan frekuensi kejadian bencana dengan sangat drastis dan lebih ekstrem.

“Tren kenaikan anomali suhu rata-rata global berbanding lurus dengan peningkatan frekuensi kejadian bencana, khususnya sejak tahun 1961. Dan Jumlah kejadian bencana alam juga dialami Indonesia dengan rata-rata kenaikan hingga 82 persen sejak 2010 hingga 2022,” ucapnya, dikutip dari laman antaranews.com.

Dari data yang dihimpun BNPB pada lima bulan tarakhir di 2023, sudah terjadi 1.675 kejadian bencana. Kejadiannya didominasi oleh bencana hidrometeorologi sebesar 99,1 persen, dengan rincian 92,5 persen adalah bencana hidrometeorologi basah, 6,6 persen merupakan bencana hidrometeorologi kering, dan sisanya merupakan bencana geologi dan vulkanologi.

Dalam acara tersebut Direktur Utama Yayasan Islam Al-Hamidiyah, Imam Susanto mengucapkan terima kasih kepada PBNU yang telah mempercayakan Ponpes Al-Hamidiyah untuk menjadi tuan rumah Rakornas dan Seminar LPBINU. “Kami berharap acara ini memberikan kontribusi, terwujudnya masyarakat yang adaptif dan memiliki ketahanan dalam menghadapi bencana,” harapnya.

Penulis
Ahmad Rifa'i
Editor
Zulfikar

Tags :