Safari Presiden Jokowi ke Malang, Devi Athok: Saya Ingin Menagih Janji
Rabu, 26 Juli 2023 - 01:14alfikr.id, Malang- Kunjungan
Presiden Joko Widodo ke Pasar Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten
Malang, disambut oleh belasan keluarga korban dari Tragedi Kanjuruhan, pada Senin
(24/ 07/2023). Mereka hanya ingin menyampaikan aspirasi kepada Jokowi dengan
membentangkan foto anak-anak mereka.
Sialnya,
dilansir dari detiknews, aksi mereka dihalang-halangi oleh aparat keamanan.
Terlihat dalam video yang beredar, mereka sedang berdebat dengan aparat yang
tengah mengamankan iring-iringan Jokowi.
“Ini
kan rumah saya. Saya sekedar ingin menyampaikan aspirasi dan menagih janji pak
Jokowi. kenapa masih saja tidak boleh? Bahkan, ketika kami datang ke Jakarta
pun tidak ditemui,” tegas Devi Athok, yang terlihat sedang memakai kaos
bergambar dua anak gadisnya.
Devi
Athok, selaku ayah kandung dua korban Aremanita yang meninggal dunia dalam
Tragedi Kanjuruhan, hanya ingin menagih dan menanyakan bagaimana keberlanjutan
proses hukum bagi pelaku tragedi Kanjuruhan, khususnya di model B. Sebab,
menurutnya, selama ini laporannya jalan ditempat.
“Aksi
kita justru dihentikan oleh aparat keamanan. Bahkan, beberapa poster kita di
minta agar tidak terlihat oleh rombongan Presiden. Akhirnya saya berdiri di
tepi Jalan Raya Bululawang ketika mobil Presiden Jokowi melintas. Namun,
lagi-lagi upaya itu tidak membuahkan hasil,” kata Devi Athok.
Karena
aspirasi gagal terwujud, Devi Athok meninggalkan lokasi dan hendak pulang ke
rumahnya yang berada persis di pinggir Jalan Raya Bululawang. Dia juga meminta
kepada aparat keamanan agar tidak membawa keluarga korban.
Setelah
kedatangan Jokowi ke Pasar Bululawang, kata Devi Athok, rumahnya ramai
didatangi oleh petugas baik yang berseragam maupun tidak, bahkan ketika keluar
rumah pun selalu diikuti. Kata dia, sekitar 50 orang mengawasi pergerakannya.
Bahkan secara hukum dirinya dilindungi oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban (LPSK).
Devi
Athok juga mengatakan dirinya sempat mau ditangkap oleh aparat. Bahkan, kata
dia, sejak pagi hari banyak intel berkeliaran di sekitar rumahnya.
“Saya
tidak boleh pergi kemana-mana, bahkan hanya gerak saja suda dipegang, bingung
saya. apakah ini bentuk pembungkaman kepada saya,” imbuhnya.
Direktur
Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid menimpali dugaan
penghalangan aparat keamanan terhadap keluarga korban tragedi Kanjuruhan, dia
mengatakan, amat disayangkan ketika keluarga para korban berupaya bertemu kepada
Presiden Jokowi, namun dibentengi aparat keamanan Negara.
Padahal,
sambung Usman Hamid, tujuan mereka sekadar ingin menagih janji keadilan yang
tidak kunjung didapatkan. Terbukti, kegagalan pihak berwenang dalam memberikan
keadilan untuk para korban kekerasan aparat di Stadion Kanjuruhan. Hal itu,
kata Usman Hamid, diperlihatkan pada sidang pengadilan bulan Maret lalu.
“Sidang
itu melanggengkan impunitas bagi aparat yang seharusnya bertanggung jawab dan
itu menjadi tugas besar Negara harus segera dibenahi,” terang Usman Hamid.
Usman
Hamid mengingatkan, setidaknya Presiden ketika waktu berkunjung ke Malang itu
sebisa mungkin menyempatkan diri untuk mendengar serta menindaklanjuti tuntutan
korban dan keluarga.
“Bukan
membiarkan aparat keamanan menghalang-halangi, apalagi membentak mereka,” tegasnya.
Menurut
Usman Hamid, ketika Presiden Jokowi melakukan safari kerja, jangan hanya fokus
mendatangi sarana prasarana infrastruktur saja. Tapi, seharusnya lebih kepada
mendengar aspirasi rakyat dan yang lebih utama bagi warga korban kesewenang-wenangan.
“Seperti,
korban tragedi Kanjuruhan yang belum mendapatkan keadilan,” pungkasnya.