Keistimewaan Dibalik Kalimat La Ilaha Illa Allah

Minggu, 24 September 2023 - 04:02
Bagikan :
Keistimewaan Dibalik Kalimat La Ilaha Illa Allah
Inilah keutamaan mengucap lailaillaallah (10/07/2020) [sumber foto:bertuahpos.com]

alfikr.id, Probolinggo- Seorang muslim setidaknya setiap salat lima waktu pasti akan membaca kalimat  لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ. Tetapi, banyak orang awam bahkan muslim yang taat beribadahpun tidak mengetahui apa sebenarnya yang terkandung dalam kalimat tersebut. Padahal Allah memerintahkan kita (Muslim) untuk mangilmukan atau memahami makna yang tersirat di dalamnya . Allah berfirman dalam  (QS al-Muhammad, ayat19) :

فَاعْلَمْ أَنَّهُۥ لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ

Artinya; Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada  Ilah  (sesembahan, tuhan) selain Allah) yaitu ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan selain-Nya.

Syekh Salim bin Sumair menyatakan, maksud dari  لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ Yaitu, tidak ada yang patut disembah dengan  haq  (benar) dalam apa adanya kecuali Allah. Bisa dipahami pula, tiada Tuhan selain Allah SWT Adapun Tuhan atau sesembahan selainnya seperti, pohon, batu, kuburan, api dan lainnya (yang disembah secara oleh orang kafir) tidak bisa memberi manfaat pun tidak bisa memberikan solusi dari bahaya yang ada.

Imam Nawawi al-Bantani menjelaskan dalam kitabnya  Kasifatus Saja  bahwa, kalimat  لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ memiliki banyak keistimewaan. Di antaranya adalah, jika seseorang membaca hanya tiga kali dalam sehari, niscaya kalimat itu akan menjadi pelebur dosa-dosa pada hari itu.

Bayangkan betapa dahsyatnya kalimat tersebut. Sebaliknya, seandainya di dunia ini tidak ada seorangpun yang membaca kalimat itu, maka niscaya neraka Jahanam siap membuka pintunya untuk seluruh manusia. Menurut Al-Bantani, masih dalam kitab yang sama, mengutip sebuah hadis berbunyi:

و عن كعب الأخبار رضي الله عنه أوحى الله تعالى إلى موسى في التوراة لولا من يقول لا إله إلا الله لسلطت جهنم على أهل الدنيا

Artinya; Diriwayatkan dari Ka'ab bin Akbhar  radiyallahu anhu  “allah telah memberikan wahyu kepada Musa di dalam kitab Taurat (wahyu tersebut berbunyi) Andaikan tidak ada orang yang mengucapkan kalimat  لَآ إِلٰهَ إِلَّا الله, niscaya Aku akan memberikan izin kepada Jahanam agar menghancurkan para penduduk dunia.

Keistimewaan itu juga terkandung dalam jumlah hurufnya. Jika dihitung, kalimat  لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ terdiri dari 12 huruf. Sebagian ulama sepakat bahwa, 12 huruf tersebut mengandung makna 12 kefarduan bagi umat Islam. 6 kefarduan jasmani yakni,  thoharoh  (bersesuci), salat, zakat, puasa, haji dan jihad (berperang dijalan Allah dan melawan hawa nafsu dalam diri). Sedangkan 6 lainnya merupakan kefarduan rohani (tawakal,  tafwidh, sabar, rida, zuhud dan taubat).

Al-Bantani menjelaskan 6 kefarduan batin tersebut sebagai berikut.

1. Tawakal, dia merupakan kepercayaan dalam hati seseorang kepada Allah semata, sekiranya hati tidak goyah ketika kesulitan atau musibah melanda.

Sebagian ulama mengibaratkan burung sebagai gambaran hewan paling sabar. Lihatlah burung, dia tidak pernah tahu atau berpikir akan makan apa untuk bertahan hidup hari ini, esok atau nanti. Tetapi, ia selalu mengepakkan sayapnya nan terbang tanpa tahu arah dan tujuan. Hal ini juga disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW:

وقال صلى الله عليه وسلّم لو توكلتم على الله حق توكله لرزقكم كما يرزق الطير تغدو خماصا

Artinya; Rasulullah  shollallahu 'alaihi wa sallama  bersabda, “Apabila kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal maka, Dia akan memberi kalian rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung yang pagi hari pergi dalam keadaan lapar dan kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang.” 

Dari keterangan di atas bisa disimpulkan bahwa, terlalu naif memaknai 'tawakal' dengan diam diri dan enggan bekerja. Manusia tetap harus berusaha lalu memasrahkan sepenuhnya hasil dari usaha itu kepada Allah. Seperti sabda Nabi Muhammad;

قال صلى الله عليه وسلّم ان الله جعل رزقي تحت ظل رمحي

Artinya; Rasulullah  shollallahu 'alaihi wa sallama  telah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menjadikan rezekiku di bawah bayangan tombakku.” Maksud dari hadis ini adalah, tombak merupakan perantara bagi rezekiku. Maksud dari 'di bawah bayangan tombakku' ialah, hasil berburu yang menjadi kebiasaan orang arab pada saat itu. 
           

2. Tafwidh, berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah.

Imam al-Ghazali berkata  Tafwidh" adalah keinginanmu agar Allah menjaga lahan-lahan kebaikan mu dari segala sesuatu yang kamu khawatirkan. Baginya ' tafwidh '  berada satu tingkat di atas 'tawakal' 

3. Sabar mempunyai arti menahan diri di atas beban-beban sekaligus berat menahan diri dari mengeluh.

Alqoma berkata, “Sabar adalah menahan diri atas tanggung jawab yang tidak disukai, dan menahan diri dari kenikmatan yang belum diperoleh.”

4. Rida, berarti tidak  shuktu . Maksud dari  shuktu  ialah, perasaan seseorang yang menggap ia lebih berhak dan lebih berwewenang terhadap yang dimiliki, namun ia tidak tahu hal itu bermanfaat atau tidak. Diriwayatkan dalam Hadis Qudsi Allah berfirman:

من لم يرض بقضائي ولم يصبر على بلائي ولم يشكر على نعمائي فليتخذ ربا سوائي

Artinya; “Barang siapa yang tidak ridho dengan Qodho-Ku dan tidak sabar atas cobaan-Ku dan tidak bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku maka sebaiknya ia mencari tuhan selain Aku.”  

5. Zuhud, merupakan perasaan seseorang yang menganggap bahwa sesuatu disisi Allah jauh lebih menjanjikan dari pada milik manusia. Artinya 'zuhud' ialah tidak menyandarkan atau menganggap semua yang dimiliki manusia sebagai penyelesai segala keresahan atau permasalahan.

Seperti yang telah disabdakan Nabi Muhammad SAW:

من سره أن يكون أكرم الناس فليتق الله عز وجل ومنسره أن يكون أقوى الناس فليتوكل على  الله ومن سره أن يكون أغنى الناس فليكن بما فييد الله أوثق منه بما في يده

            Artinya; “Barang siapa yang ingin sekali menjadi orang yang paling mulia di antara manusia maka bertakwalah ia kepada Allah  azza wa jalla . Dan barang siapa yang ingin menjadi orang yang paling kuat di antara manusia maka bertakwalah ia kepada Allah. Dan barang siapa yang ingin menjadi orang yang paling kaya di antara manusia maka jadikanlah apa yang dimiliki Allah adalah lebih menjanjikan (dan lebih dapat diandalkan) daripada apa yang dimiliki manusia lain.” 

6. Taubat. Al-Bantani membagi tobat menjadi dua. Pertama, tobat kepada Allah. Kedua, kepada manusia. Adapun orang yang ingin mewajibkan mengharuskan pelaksanaan rukun-rukun di bawah ini.

A. Menjauhi perbuatan dosa. Dengan demikian seorang pengedar narkoba apabila ingin menerima obatnya bermaksud tidak mengulangi perbuatan tersebut.

B. Kecewa kepada Allah atas dosa yang ia perbuat. Maka tidak sah tobat seseorang yang tidak kecewa tetapi kepada selain Allah seperti, kecewanya pendosa karena tertimpa musibah.

C. Bertekad atau bersungguh-sungguh tidak akan kembali lagi dosa yang pernah diperbuat selamanya.

Perlu diketahui pula bahwa, rukun-rukun di atas merupakan pertobatan pada Allah semata. Apabila ada seseorang pendosa yang berhubungan dengan hak-hak manusia maka, harus mentransfer juga miliknya, dengan cara mengembalikan semua yang diambil secara zalim atau meminta kebebasan dari tanggungan dosanya semisal, maaf meminta, baik secara rinci atau global.

Penulis
Muhammad A'lal Hikam
Editor
Zulfikar

Tags :