Menilik Tujuan Hidup

Jum'at, 01 Desember 2023 - 23:39
Bagikan :
Menilik Tujuan Hidup
Mahasantri Pondok Mahasiswa Universitas Nurul Jadid saat mengikuti pengajian. (sumber foto: Sukma Agung Adi Luwih/alfikr)
alfikr.id, Probolinggo - Persis di depan kamar asrama, Pondok Mahasiwa Universitas Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo  ngaji kitab Al-Aqidah Al-Islamiyah dan Solawat Burda dilaksanakan untuk pertama kalinya, Minggu (19/11/2023).

Malam itu, tak ada pemaknaan serta pembahasan mengenai kitab Al-Aqidah Al-Islamiyah. K. Muhammad Imdad Rabbani mengungkapkan pada pertemuan perdana ini, hanya pemutaran tiga video, salah satunya karya Tariq Ramadan, tentang Spiritualitas – Mencari Makna, sebagai pengantar pengajian.

Dalam vidio terlihat beberapa orang mengungkapkan tujuan hidupnya? Ada yang ingin jadi orang sukses, ingin bahagia, dan lain-lain. Lalu mereka ditanyakan, di hari terakhir hidupmu apa yang akan dilakukan? Mereka menjawab akan belanja sepuasnya, memberikan semua uang untuk membangun pesantren, salat, dan menghabiskan waktu bersama keluarga.

"Apa yang kalian tangkap dari vidio itu?" Tanya K. Imdad. "Menurut saya, apa tujuan kita hidup di dunia ini, karena mereka mengatakan tujuan hidupnya secara bebas dan berbeda-beda," jawab Ali salah satu peserta.

Jika demikian, beliau kembali bertanya, apa tujuan hidupmu? "Belum tau, saya bingung, jika kita sudah mengetahui tujuan hidup maka kita akan tahu apa yang harus kita lakukan untuk kedepannya," kata Ali.

Meskipun terlihat sederhana pertanyaan itu, seringkali kita anggap hal biasa, bahkan kita abaikan. Padahal sangat penting bagi setiap insan untuk membiasakan diri bertanya pada dirinya sendiri, apa tujuan kita hidup. Karena tidak mungkin bisa kita hindari selama kita hidup.

Menurut K. Imdad, jika kebutuhan ekonomi, fisik dan materi kita sudah terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan baru yaitu, kebutuhan makna hidup. "Masa ini akan ada di dalam kehidupan ketika kita mengalami masalah besar dan seterusnya," katanya.

Mengutip perkataan Mircea Eliade, Tariq Ramadan mengatakan bahwa, pertanyaan dan pencarian agama itu struktur intelektual dari manusia, tidak akan ada kedamaian jika anda tidak mendapatkan jawaban.

Memilih untuk menjawab atau tidak merupakan pilihan. Sialnya tanpa jawaban pertanyaan itu akan selalu gentayangan. Dalam kondisi itu, K. Imdad menyampaikan, manusia sadar atau tidak, akan menghindari pertanyaan itu dengan menyibukkan diri. “Distraksi sebagai pengalihan intelektual supaya tidak kepikiran mati”.

K. Imdad mencontohkan: Blaise Pascal, seorang ahli matematika sangat serius belajar matematika, tujuannya sebagai pengalihan intelektual supaya tidak mikir mati. Pun segala cara dilakukan, pada akhirnya suatu hari akan menghadapi kematian.

Kematian pasti terjadi. Ia anggap sebagai hal yang menakutkan sehingga enggan memikirkannya. Dengan menerima kematian yang selalu mengintai, kita akan lebih menghargai waktu yang terbatas dan tidak membuang sisa hidup kita ke dalam sebuah kesia-siaan.

Penulis
Ibrahim La Haris
Editor
Imam Sarwani

Tags :