Sejarah Kesaktian Pancasila: Lahir dari Darah, Tumbuh dalam Persatuan

Selasa, 01 Oktober 2024 - 22:32
Bagikan :
Sejarah Kesaktian Pancasila: Lahir dari Darah, Tumbuh dalam Persatuan
Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur. [Foto/istimewa]

Probolinggo, alfikr.id– Pancasila adalah landasan ideologi bangsa Indonesia yang tidak hanya menjadi pedoman filosofis, tetapi juga landasan keberagaman yang kokoh. Setiap tanggal 1 Oktober, Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila, menandai kemenangan ideologi ini atas berbagai ancaman terhadap eksistensinya.

Salah satu ancaman terbesar terhadap Pancasila terjadi pada tahun 1965, dengan upaya penggantian ideologi negara oleh ideologi komunis. Namun, sejarah kesaktian Pancasila tidak hanya berkisar pada peristiwa tahun 1965, melainkan terkait erat dengan proses kelahirannya dan perjuangan mempertahankannya sejak awal kemerdekaan hingga kini.

Dalam perjalanan panjang tersebut, Pancasila membuktikan dirinya sebagai dasar negara yang tidak hanya relevan, tetapi juga “sakti” dalam menghadapi berbagai tantangan.

Lahirnya Pancasila: Fondasi Sebuah Bangsa

Pancasila pertama kali diusulkan oleh Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam pidato yang kini dikenal sebagai Pidato Lahirnya Pancasila, Soekarno merumuskan lima prinsip utama yang ia sebut sebagai philosophische grondslag atau dasar filosofis negara. Kelima prinsip tersebut adalah Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Demokrasi atau Kedaulatan Rakyat, Keadilan Sosial, dan Ketuhanan yang Berkebudayaan.

Namun, perjalanan menuju pengakuan Pancasila sebagai dasar negara tidak langsung berjalan mulus. Salah satu tantangan terbesar adalah diskusi seputar Piagam Jakarta, sebuah dokumen yang disusun pada 22 Juni 1945 oleh Panitia Sembilan. Piagam ini memuat tujuh kata di sila pertama, yaitu “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Demi menjaga persatuan dan menghormati keberagaman agama di Indonesia, tujuh kata tersebut akhirnya dihapus dalam naskah UUD 1945 pada 18 Agustus 1945.

Menurut pemahaman Anhar Gonggong dalam bukunya Sejarah Nasional Indonesia, dengan demikian, Pancasila menjadi landasan ideologi yang bisa diterima oleh semua golongan, tanpa kecuali.

Ancaman Ideologi dan Perjuangan Melawan Komunisme

Kesaktian Pancasila tidak bisa dipisahkan dari ancaman ideologi lain, terutama pada tahun 1965. Gerakan 30 September (G30S), yang dipimpin oleh unsur-unsur Partai Komunis Indonesia (PKI), menjadi salah satu upaya besar untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi komunis.

Dalam buku The Coup Attempt of the 30th September Movement in Indonesia oleh Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, dijelaskan bahwa sebelum tahun 1965, PKI telah berkembang menjadi kekuatan politik yang signifikan di Indonesia, bahkan pernah melakukan pemberontakan pada tahun 1948 yang berhasil dipadamkan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) .

Pada tanggal 30 September 1965, PKI kembali melakukan aksi yang mengancam stabilitas nasional dengan menculik dan membunuh tujuh perwira tinggi Angkatan Darat. Peristiwa ini dikenal sebagai G30S/PKI. Meskipun gerakan ini berhasil digagalkan, dampaknya sangat besar.

Seperti diungkapkan Jhon Roosa dalam bukunya Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September & Kudeta Suharto di Indonesia, dalam situasi kekacauan itu, Soeharto, yang menjabat sebagai Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), bergerak cepat untuk menumpas sisa- sisa PKI. Keberhasilan Soeharto dalam meredam pemberontakan ini tidak hanya menyelamatkan Indonesia dari bahaya ideologi komunis, tetapi juga mengukuhkan Pancasila sebagai dasar negara yang kokoh.

Peristiwa G30S membawa perubahan besar dalam pemerintahan Indonesia, termasuk jatuhnya Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai presiden. Melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), Soeharto diberi wewenang untuk mengendalikan situasi politik dan keamanan.

Di bawah kepemimpinannya, Pancasila dijadikan asas tunggal bagi seluruh organisasi masyarakat di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1985. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa ideologi komunis tidak lagi memiliki tempat di Indonesia

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila dan Pelajaran dari Masa Lampau

Setiap tanggal 1 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila sebagai simbol kemenangan Pancasila atas ancaman ideologi komunis. Upacara ini biasanya diadakan di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, tempat di mana para perwira tinggi TNI yang menjadi korban G30S/PKI dibunuh.

Menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya Api Sejarah: Mahakarya Perjuangan Ulama dan Santri dalam Menegakkan NKRI, peringatan ini merupakan pengingat akan pentingnya menjaga ideologi Pancasila dari ancaman internal dan eksternal.

Sejarah kesaktian Pancasila adalah refleksi dari perjuangan bangsa Indonesia dalam menjaga persatuan dan identitas nasional. Kesaktian Pancasila bukanlah mitos belaka, namun sebuah realitas sejarah yang menunjukkan bagaimana Pancasila mampu menghadapi berbagai tantangan dan ancaman.

Sebagai dasar negara, Pancasila berfungsi sebagai pedoman etika dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai persatuan, kemanusiaan, demokrasi, keadilan, dan ketuhanan yang terkandung dalam Pancasila adalah fondasi kokoh bagi bangsa Indonesia untuk terus tumbuh dan berkembang.

Penulis
Adi Purnomo S
Editor
Zulfikar

Tags :