HSN 2025, Kiai Imdad: Niat Melanjutkan Perjuangan Rasulullah SAW
Rabu, 22 Oktober 2025 - 14:29
alfikr.id, Probolinggo- Dalam rangka
memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2025, Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul
Jadid menggelar upacara. Kegiatan ini diikuti oleh keluarga pengasuh, pimpinan
pesantren, pengurus, dosen, guru, karyawan, dan santri Ponpes Nurul Jadid, yang
bertempat di lapangan parkir pegawai Nurul Jadid Paiton, Rabu (22/10/2025).
KH. Moh Imdad
Robbani sebagai inspektur upacara, menyampaikan kepada seluruh peserta upacara
untuk mempelajari nilai-nilai perjuangan para ulama dalam membela Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Hari ini, kita
memperingati Hari Santri Nasional. Hal yang terpenting bagi kita adalah
bagaimana menumbuhkan spirit dari apa yang telah diperjuangkan oleh beliau
dulu,” jelas beliau.
Beliau
mengingatkan, pada tanggal yang sama delapan puluh silam, Hadratussyaikh
KH. Hasyim Asy'ari menerbitkan fatwa yang kemudian dikenal dengan Resolusi
Jihad. Fatwa tersabut, menyerukan kepada seluruh umat Islam yang berada pada
perjalanan boleh mengqasar salat dari kota Surabaya, maka semuanya wajib
mengikuti perang, membela NKRI.
“Dasar dari
pembelaan terhadap negara adalah perintah dari Rasulullah SAW untuk membela
diri. Karena seseorang yang terbunuh dalam membela diri dan hartanya, maka dia
mati fisabilillah,” terang beliau.
Menurut Kiai
Imdad, perjuangan santri masa kini diwujudkan melalui kesungguhan dalam
belajar. Menuntut ilmu menjadi bentuk pengabdian dan kelanjutan perjuangan
Rasulullah SAW, dimulai dari penguasaan ilmu fardu’ain hingga fardu
kifayah.
“Selama berada
di pesantren, jadilah orang yang bersungguh-sungguh dalam belajar. Karena
kelalaian hari ini, akan melahirkan penyesalan di masa mendatang,” dawuh
beliau.
Di samping itu,
Kiai Imdad menegaskan bahwa seorang pelajar tidak dapat disebut santri, jika
tidak berjuang dalam jalur perjuangan Rasulullah SAW. Para ulama, termasuk
pendiri Ponpes Nurul Jadid, KH. Zaini Abdul Mun’im.
“Telah
menjadikan seluruh perjuangannya sebagai bentuk pengabdian kepada Rasulullah
SAW,” tutur beliau.
Kesuksesan
santri, menurut beliau, diukur dari kiprahnya setelah keluar dari pesantren.
Apapun profesinya, baik pengusaha, jurnalis, dosen, maupun ulama, semuanya
harus dijalankan dalam kerangka melanjutkan perjuangan Rasulullah SAW.
“Mau menjadi
apa saja, lakukan dengan niat melanjutkan perjuangan Rasulullah SAW. Dengan
begitu, hidup menjadi bermakna. Pekerjaan yang diniatkan karena Allah, akan
tetap bernilai, bahkan setelah meninggal dunia,” kata beliau.
Di akhir
amanatnya, Kiai Imdad berpesan agar seluruh civitas pesantren berkhidmah dengan
nilai spiritual yang luhur. “Kita mengabdi sebagai guru, karyawan, atau
pengurus dengan niat membuat Rasulullah SAW tersenyum. Itulah tujuan utama
kita,” tegasnya.