Berbahagia Atas Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Selasa, 08 Oktober 2024 - 19:05alfikr.id, Probolinggo- “Mensyukuri kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah cara kita mengakui bahwa beliau adalah nikmat terbesar dari Allah. Melalui Nabi Muhammad, kita menjadi orang yang beriman, memahami ajaran Islam, serta mampu membedakan yang hak dan yang batil. Berkat beliaulah kita tahu jalan keselamatan menuju surga dan terhindar dari kebinasaan,” dawuh KH. Moh. Zuhri Zaini dalam acara Maulid Nabi Muhammad 1446 H di Masjid Jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.
Kiai Zuhri berharap perayaan ini dapat memperdalam pemahaman tentang sosok Nabi Muhammad. Menurutnya, banyak umat Islam yang mungkin hanya mengenal Nabi sebatas nama, namun belum memahami sepenuhnya akhlak, sunnah, serta amaliahnya.
“Ini sangat penting. Sebab kita berharap dengan kecintaan kepada beliau, kita nanti dapat dikumpulkan dengannya di hari akhir kelak,” tambahnya.
Sementara itu, dalam tausiahnya, Al Habib Jamal Bin Toha Ba’agil mengingatkan pentingnya mengekspresikan kebahagiaan atas kelahiran Nabi Muhammad. Menurutnya, kebahagiaan tersebut merupakan perintah Allah dan dapat mendekatkan kita kepada-Nya. Habib Jamal mengisahkan bagaimana paman Nabi, Abu Lahab, yang terkenal memusuhi Islam, tetap mendapat keringanan siksa neraka setiap hari Senin karena pernah bahagia atas kelahiran Nabi Muhammad.
“Padahal, anak yang akan dilahirkan oleh Siti Aminah, kelak menjadi musuh Abu Lahab,” cerita Habib Jamal.
Habib Jamal menekankan, hewan-hewan pun berbahagia saat kelahiran Nabi. Umat Islam sepatutnya merayakan Maulid Nabi dengan perayaan yang sesuai syariat, seperti bershalawat, membaca diba’i, dan mendengarkan kisah kehidupan Rasulullah.
Dalam penjelasan lanjutannya, Habib Jamal membahas dua aspek dalam membicarakan Rasulullah: dzatihi (kepribadian) dan qodrihi (kedudukan). Mengenai dzatihi, ia menyebut ada dua sisi yang bisa dipelajari dari Nabi, yakni fisik dan akhlaknya.
“Kalau yang fisik itu cuma bisa kita cinta dan kita baca, tapi tidak bisa kita tiru. Nabi itu keringat dan ludahnya wangi,” ujar Habib Jamal.
Namun, akhlak Nabi, menurutnya, adalah sesuatu yang bisa ditiru. Nabi selalu berbicara dengan halus, tak pernah mencaci maki, serta memiliki sifat tawaduk yang luar biasa. “Rasulullah selalu datang lebih awal jika diundang, tak ingin menyakiti hati tuan rumah,” jelasnya.
Habib Jamal juga menyinggung tingginya kedudukan Nabi di sisi Allah. “Kedudukan Nabi kita itu tinggi, hanya Allah yang tahu,” tegasnya, mengutip Sayidina Abbas yang menyatakan bahwa Allah tidak menciptakan makhluk yang lebih dimuliakan daripada Nabi Muhammad.
Di akhir ceramahnya, Habib Jamal mengajak hadirin untuk semakin mencintai Nabi Muhammad. Karena, bagi beliau, tidak ada yang betul-betul sayang kepada kita, selain Rasulullah.
“Setelah acara ini, semoga kita dapat meniru akhlak dan tawaduknya Nabi. Semoga kita nanti akan dikumpulkan bersama beliau, amin,” pungkasnya.