Refleksi Akhir Tahun: Waktu Manusia Ada dalam Detak Jantung dan Nafas, Bukan Kalender

Minggu, 05 Januari 2025 - 14:25
Bagikan :
Refleksi Akhir Tahun: Waktu Manusia Ada dalam Detak Jantung dan Nafas, Bukan Kalender
Kiai Muhammad Al-Fayyadl, [Tangkapan Layar YouTube Universitas Nurul Jadid]

alfikr.id, Probolinggo - Kiai Muhammad Al-Fayyadl menyampaikan bahwa kita sering kali terjebak dalam perhitungan waktu yang ditandai dengan kalender. Berdasarkan pergerakan bumi mengelilingi matahari atau bulan mengelilingi bumi. Sebenarnya ini adalah waktu alam semesta. Bukan waktu kita sebagai manusia.

“Kita dalam keadaan rugi, jika kita mengira hari ini berada di akhir tahun. Dan tahun depan kita akan menempuh 365 hari lagi,” jelas Kiai Fayyadl dalam tausyiahnya pada kegiatan refleksi akhir tahun lalu di aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Minggu (31/12/2023) Malam.

Meskipun, manusia berada dalam putaran waktu alam semesta. Ternyata manusia memiliki waktu tersendiri yang jauh lebih dahsyat daripada hitungan 1 detik sama dengan 1.000 milidetik dan 1 milidetik sama dengan 0,001 detik. Waktu manusia lebih dari hitungan detik, yaitu detak jantung dan aliran nafas menjadi parameter waktu sejatinya manusia.

Dalam ilmu kedokteran, Kiai Fayyadl melanjutkan, kita bernafas sebanyak 50.000 kali dalam 24 jam, begitu pun detak jantung. “Ini cara Allah untuk mengingatkan kita bahwa kita memiliki banyak waktu,” ujarnya.

Allah telah memperingatkan betapa pentingnya waktu, dan bagaiman seharusnya waktu itu diisi dengan amal-amal saleh. Surah Al-‘Ashr.

وَالْعَصْرِۙ ۝١ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ ۝٢ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر ۝٣

Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran.”

Karena itu, Kiai Fayyadl mengajak para hadirin merenungkan Surah Al-'Ashr untuk mengetahui tentang iman dalam diri masing-masing. Dengan cara mempertanyakan pada diri sendiri, apakah waktu yang diberikan oleh Allah sudah digunakan untuk hal-hal baik? atau sebaliknya? sebab menurutnya, iman adalah faktor penentu waktunya manusia.

Namun, tak semudah apa yang kita pikirkan tentang keimanan. Iman seseorang bisa naik, dan turun kapan saja. Menyadari kelemahan iman bukanlah hal yang mudah karena iman adalah ujian Allah yang tidak tampak.

“Saat iman lemah, setan akan lebih mudah menggoda untuk melakukan maksiat, dan perasaan gelisah akan muncul. Kita akan merasa gelisah dan tergoda untuk melakukan hal-hal yang tidak baik,” jelasnya.

Melihat tanda-tanda iman yang kuat dan bisa dirasakan, tergambar dalam rasa takut kita dan rindu kepada Allah serta dorongan untuk selalu berbuat kebaikan. "Ketika iman kuat, kita akan merasa dekat dengan Allah, ingin terus mendekatkan diri, dan melakukan kebaikan," tegas Kiai Fayyadl, mengutip pendapat Imam Al-Haddad dalam kitab Adabul Sulukil Murid.

Penulis
Moh. Dzikrillah
Editor
Ahmad Rifa'i

Tags :