Talkshow Psikologi, Aniq Al Faqiroh: Luka Batin dan Tiga Pilar Harga Diri
Jum'at, 24 Januari 2025 - 20:10
Kamis, 23 Januari 2025, sekitar 120 orang berkumpul di halaman Universitas Nurul Jadid (Unuja), Paiton, Probolinggo, menghadiri acara talkshow psikologi dalam rangkaian kegiatan “Expo Jatim UMKM dan Pendidikan.” Acara ini digelar untuk menyambut Haul dan Hari Lahir (Harlah) Pondok Pesantren Nurul Jadid ke-76, dan Harlah Nahdlatul Ulama ke-102.
Mengusung tema “Seni Mencintai Diri dan Berdamai dengan Keadaan,” acara yang berlangsung dari pukul 09:00 hingga 11:00 WIB ini menghadirkan Aniq Al Faqiroh, atau yang akrab disapa Neng Aniqq, sebagai pembicara. Dalam durasi dua jam tersebut, Neng Aniqq membahas isu yang dekat dengan keseharian: luka batin atau luka dalam, serta dampaknya terhadap perkembangan mental anak.
Luka Batin dimulai dari Rumah
Luka batin, menurut Neng Aniqq, adalah jejak emosional dari pengalaman traumatis, konflik internal, atau gangguan psikologis yang belum terselesaikan. Ia sering kali bermula dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga.
“Contohnya, ketika orang tua sering membandingkan anaknya dengan keberhasilan orang lain. Kalimat seperti, 'Masak gitu aja gak bisa?' atau 'Kok kalah sama adikmu?' adalah bentuk mewujudkan mental anak,” ujar Neng Aniqq.
Ia melanjutkan, adegan-adegan konflik dalam rumah tangga juga menjadi pemicu utama. Ketika anak terus-menerus menyaksikan kekerasan verbal atau fisik antara kedua orang tua dapat mempengaruhi cara pandang mereka terhadap hubungan.
“Hadiah terbaik untuk anak bukan mainan mahal, tapi melihat orang tua saling menyayangi,” jelasnya.
Tiga Pilar Harga Diri
Dalam sesi pematerian, Neng Aniqq menguraikan tiga pilar penting yang membentuk harga diri seseorang: kebermanfaatan, kontrol diri dan rasa aman.
1. Manfaat
Setiap orang ingin merasa berguna bagi orang lain, terutama bagi orang-orang terdekat. Namun, paradigma masyarakat kita tentang “bermanfaat” sering kali terlalu tinggi.
“Banyak yang beranggapan kebermanfaatan itu hanya terkait gelar, jabatan, atau kisah sukses yang gemerlap. Padahal, kontribusi apa pun juga berarti,” tutur Neng Aniqq.
Menurutnya, penting bagi setiap individu untuk memahami bahwa nilai dirinya tidak ditentukan oleh pencapaian besar, tetapi oleh upaya kecil yang memiliki dampak positif.
2. Kontrol Diri
Kontrol diri, atau kemampuan seseorang untuk mengatakan “tidak” pada sesuatu yang tidak diinginkan, adalah landasan harga diri yang kedua. Sayangnya, pola asuh di banyak keluarga sering kali mengabaikan hal ini.
“Orang tua biasanya ingin patuh tanpa syarat, tanpa memberi ruang untuk berdiskusi,” jelas Neng Aniqq.
Ia memberikan contoh sederhana: seorang ibu memaksa anaknya untuk makan, meski sang anak sudah kenyang. “Bukannya mencoba memahami, sang ibu justru berkata, 'Makan! Mama tahu perutmu lapar.' Ini adalah contoh pola asuh yang keliru,” ujarnya.
Kondisi ini mengakibatkan anak merasa diabaikan, bahkan tidak dihargai keinginannya. Jika terus dibiarkan, sang anak akan tumbuh menjadi individu yang sulit mengambil keputusan sendiri dan selalu bergantung pada orang lain.
“Semakin lemah kontrol diri seseorang, semakin ia merasa tidak berharga. Ia merasa hidupnya tidak berada dalam kendalinya, sehingga mudah diintimidasi dan terluka oleh kata-kata orang lain,” tambah Neng Aniqq.
3. Rasa Aman
Pilar ketiga adalah rasa aman. Rumah seharusnya menjadi tempat di mana anak merasa dilindungi dan nyaman. Namun, bagi banyak orang, rumah justru menjadi sumber ketidaknyamanan.
“Rasa aman membuat seseorang merasa cukup dengan apa yang telah diberikan Tuhan,” ujar Neng Aniqq.
Ketika seorang anak tidak lagi merasa aman di rumah, ia akan mencari pengakuan dan perhatian di luar, misalnya dari teman sebaya. Hal ini sering kali terlihat pada anak yang cenderung usil atau ingin mendominasi orang lain.
“Anak yang seperti itu sebenarnya memiliki harga diri yang terluka. Ia mencari validasi karena tidak sampai di rumah,” jelasnya.
Luka Pengasuhan: Dampak Jangka Panjang
Luka batin tidak hanya dirasakan oleh anak-anak, tetapi juga terbawa hingga dewasa. Neng Aniqq menyebutnya sebagai luka pengasuhan. Luka ini terjadi ketika seseorang mengalami pelanggaran terhadap tiga pilar harga dirinya saat kecil dan tidak pernah mendapatkan penjelasan atau penyelesaian atas pengalaman tersebut.
“Luka terdalam itu datangnya dari rumah. Banyak orang dewasa yang masih membawa luka pengasuhan dari masa kecil yang belum pernah tuntas,” tutupnya.
Melalui talkshow ini, Neng Aniqq mengingatkan bahwa langkah awal untuk mencintai diri sendiri adalah dengan menyadari bahwa luka batin bisa disembuhkan.
“Kunci utama berdamai dengan luka adalah menerima diri apa adanya, lalu berusaha menciptakan rasa aman dalam diri sendiri,” katanya menutup sesi diskusi.