Prosesi I'lan XI, Muhammad Al-Fayyadl: I'lan Bukan Sekadar Pamer Kemampuan, tetapi Wujud Syukur atas Proses Belajar
Minggu, 23 Februari 2025 - 09:41
alfikr.id, Probolinggo- Mudir Ma'had Aly Pondok Pesantren Nurul Jadid, Muhammad Al-Fayyadl, menegaskan bahwa Prosesi I'lan XI bukan hanya ajang untuk menunjukkan kemampuan, tetapi juga sebagai bentuk rasa syukur atas proses pembelajaran yang telah dilalui para mahasantri selama satu tahun. Hal itu beliau sampaikan dalam sambutannya pada acara Pra Ma'had Aly Nurul Jadid, Sabtu (22/02/2025).
"I'lan ini bukan sekadar pamer kemampuan, melainkan ungkapan rasa syukur atas perjalanan panjang dalam menuntut ilmu. Kami berharap ini menjadi momentum bagi para mahasantri untuk menguji pemahaman mereka dan mendapatkan doa restu dari para hadirin," ujar Gus Fayyadl, kerap disapa.
Dalam kesempatan tersebut, beliau juga menyampaikan pentingnya menjaga tradisi keilmuan di pesantren dengan tetap berpegang pada prinsip "al-muhafazah alal qodimis sholih wal akhdu bil jadidil aslah," yaitu mempertahankan tradisi lama yang baik sekaligus menerima hal-hal baru yang lebih baik.
Menurut Gus Fayyadl, salah satu tantangan dalam pengembangan Ma'had Aly adalah kebutuhan tenaga pengajar dan fasilitas yang memadai. Namun, beliau tetap optimistis lembaga ini akan terus berkembang dengan dukungan dari berbagai pihak.
"Kami sadar ada tantangan dalam pengelolaan Ma'had Aly, mulai dari tenaga pengajar hingga fasilitas pendukung. Tapi dengan doa dan dukungan semua pihak, insyaallah Ma'had Aly Nurul Jadid akan terus berkembang dan memberikan manfaat yang luas bagi umat," dawuhnya.
Selain itu, beliau menekankan pentingnya tradisi menghafal dan menganalisis dalam proses belajar. Menurutnya, ilmu tidak akan datang begitu saja. Diperlukan kesungguhan dalam menghafal dan menganalisis. Kedua hal tersebut merupakan kunci bagi mahasantri dalam mencapai pemahaman yang mendalam terhadap ilmu agama.
"Seperti yang dikatakan Al-Allamah As-Sayyid Al-Habib Muhammad Al-Alawi Al-Maliki, ilmu diperoleh melalui mudzakarah, yaitu dengan mengulang dan mendiskusikan pelajaran," jelasnya.
Gus Fayyadl juga pernah mendengar sebuah riwayat bahwa Hadratussyaikh KH. Zaini Mun’im, ketika menuntut ilmu di Makkah, belajar bersama kakaknya, KH. Muhammad Thoha Jamaluddin, Pendiri Pondok Pesantren Al-Falah Sumber Gayam, Pamekasan Madura. Dulu, keduanya dikenal sering melakukan mudzakarah, yakni diskusi ilmiah untuk memperdalam pemahaman terhadap suatu ilmu.
Bahkan beliau berdua, Gus Fayyadl menambahkan, tidak hanya sekadar berdiskusi, tetapi juga melakukan munadharah, yang dalam tradisi pesantren merupakan debat ilmiah guna mengasah ketajaman berpikir dalam memahami dan menyampaikan dalil-dalil keislaman.
“Munadharah itu sudah lebih dari sekadar mudzakarah. Jika mudzakarah adalah diskusi, maka munadharah lebih menyerupai debat ilmiah yang mempertajam pemahaman dan argumentasi,” terangnya.
Di penghujung sambutannya, Gus Fayyadl berpesan sekaligus mendorong para mahasantri untuk aktif belajar, berdiskusi, dan terus mengembangkan tradisi keilmuan pesantren. Dengan semangat tersebut, beliau berharap Ma'had Aly Nurul Jadid dapat terus melahirkan generasi ulama yang kompeten dan siap menghadapi tantangan zaman.