Santri Baru: di Nurul Jadid Sebelum Pagi

Rabu, 23 Juli 2025 - 09:16
Bagikan :
Santri Baru: di Nurul Jadid Sebelum Pagi
Santri baru melaksanakan salat tahajjud dan witir bersama di depan asramnya. [Alfikr.id/Moh Dzikrillah]

alfikr.id,Probolinggo- “Bruk… bruk… prak… prak… bangun, tahajud,” ucap seorang pengurus berbaju hitam sambil memegang rotan dan berjalan mengelilingi kamar-kamar santri yang masih gelap.

“Iya, Ustadz. Kami sudah bangun,” kata Ramzy Bayhaqi, sambil membetulkan pakaiannya yang kusut karena dipakai tidur. Ramzy adalah siswa kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang baru dua minggu menjadi santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.

Untuk membiasakan para santri bangun di sepertiga malam guna melaksanakan salat tahajud, dzikir, doa, wirid, dan shalawatan, para pengurus menerapkan disiplin yang cukup ketat. Kebiasaan bangun dini hari ini menjadi kewajiban pokok bagi seluruh santri dan merupakan pondasi awal dalam membentuk kesadaran spiritual mereka.

Bagi Ramzy (13), pengalaman ini benar-benar baru. Di rumahnya, ia biasa bangun sekitar pukul enam pagi. Kini, ia harus menyesuaikan diri dengan jadwal pesantren yang dimulai sejak pukul 03.00 WIB.

“Saya belum terbiasa bangun malam. Ini pertama kalinya saya bangun jam tiga, sejak tinggal di pesantren,” ungkapnya.

Meskipun kegiatan pagi hari berlangsung hingga pukul 07.00 WIB, tak mengurangi sedikutpun semangat Ramzy untuk menuntut ilmu di pesantren. Ia mulai memahami bahwa semua ini adalah bagian dari proses pembentukan pribadi yang lebih baik. Perlahan, ia belajar menjadikan ibadah malam sebagai rutinitas, bahkan mulai terbiasa mendoakan kedua orang tuanya setiap selesai salat.

Santri baru doa bersama setelah salat tahajjud dan witir di depan asramanya. [Alfikr.id/Moh Dzikrillah]

“Ya Allah, berikanlah panjang umur, limpahkan rezeki, dan kesehatan bagi mereka yang di rumah,” doanya dalam wawancara Alfikr.

Berbeda dengan Ramzy, Robit Abdul Rosyid, juga santri baru, justru menyambut kegiatan sepertiga malam dengan penuh antusias. Baginya, salat tahajud bukan sekadar rutinitas dini hari, tetapi latihan spiritual yang membantunya menjaga konsistensi dalam menunaikan salat Subuh tepat waktu.

“Enak, bisa langsung lanjut salat Subuh,” ucapnya.

Saat para santri lainnya masih terlelap dalam tidur nyenyak, Robit sudah terbangun. Ia berwudu dan bersiap-siap menunaikan salat tahajud. Dalam keheningan itu, ia pun memanjatkan doa kepada kedua orang tuanya.

“Ya Allah, semoga orang tuaku panjang umur dan diberi kesuksesan,” ucapnya saat diwawancarai Alfikr.

Penulis
Moh. Dzikrillah
Editor
Ibrahim La Haris

Tags :