Ini Akar Sejarah Berdirinya UNUJA
Rabu, 01 November 2017 - 02:40“Cikal bakal Perguruan Tinggi di Nurul Jadid pada awalnya merupakan hasil musyawarah alim ulama NU di Lumajang tahun 1968 yang merencanakan pendirian akademi dengan tujuan untuk mencetak kader-kader dakwah dan pendidikan” (KH. Moh Zuhri Zaini).
PROBOLINGGO, ALFIKR.CO- Kampus terpadu yang terdiri dari Institut Agama Islam (IAI), Sekolah Tinggi Teknologi (STT), dan Sekolah Tinggi Kesehatan (STiKes) Nurul Jadid ini memiliki sejarah panjang tersendiri sebelum ketiganya resmi digabung menjadi Universitas.
Di dalam buku KH Zaini Mun’im: Pengabdian dan Karya Tulisnya yang disusun oleh M. Masyhur Amin dan M. Nasikh Ridwan disebutkan, berawal dari kegelisahan KH Zaini Mun’im akan adanya “kristenisasi” oleh kelompok-kelompok keagamaan lainnya (non muslim) di Indonesia waktu itu. Karena ada upaya “kristenisasi” itulah lalu Kiai Zaini menggagas adanya upaya peningkatan dalam kegiatan dakwah di kalangan umat Islam.
Terutama peningkatan para da’i agar tidak selalu menggunakan strategi tradisional dan konvesional, namun harus didukung juga dengan kemampuan teoritis dan ilmiah.
Gagasan tersebut disebarluaskan terhadap kalangan masyarakat oleh Kiai Zaini, sehingga mendapat respon-respon positif dari kalangan tokoh masyarakat untuk mendirikan lembaga yang bersifat permanen dan sitematis.
Tepat pada tanggal 20 Juli 1968 gagasan tersebut terwujud saat acara Musyawarah kerja Pengurus Wilayah NU Jawa Timur di Lumajang, yang merekomendasikan untuk mendirikan pendidikan Akademi Dakwah dan Pendidikan Nahdlatul Ulama (ADIPNU), yang tempatnya dipercayakan di PP. Nurul Jadid di bawah asuhan Kiyai Zaini Mun’im.
Selama kurun waktu kurang dari tiga bulan, Ketua Umum PBNU, KH. Idham Chalid meresmikan pendirian ADIPNU di Pesantren Nurul Jadid pada tanggal 1 September 1968 (Sejarah Alm. KH Zaini Mun’im dan Pesantren Nurul Jadid, M. Rahwini Anwar).
Pada tanggal 17 Juni 1971, sesuai saran Prof. Ismail Ya’qub, Rektor pertama IAIN Sunan Ampel Surabaya, ADIPNU akhirnya diubah menjadi Perguruan Tinggi Ilmu Dakwah (PTID).
Sejak tahun 1971-1979, PTID Nurul Jadid telah berhasil melulusakan 67 orang sarjana muda. Sebagian ada yang melanjutkan ke tingkat doktoral, sebagain lagi terjun ke dalam kancah perjuangan masyarakat (KH Zaini Mun’im: Pengabdian dan Karya Tulisnya, M. Masyhur Amin, M. Nasikh Ridwan).
Dalam perkembangannya, Pendidikan Tinggi di Nurul Jadid kian pesat, terbukti pada tanggal 1982 berdiri Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS). Empat tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 21 Juli 1986 berdiri Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT).
Tanpa menunggu lama, untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan, akhirnya ketiga perguruan tinggi (PTID, STIS dan STIT) berubah menjadi Institut Agama Islam Nurul Jadid dengan tiga Fakultas pada tahun 1988 (Profil Pondok Pesantren Nurul Jadid, Cetakan 2004).
Diantaranya Fakultas Dakwah (Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Agama), Fakultas Syariah (Jurusan Peradilan Agama/Qodlo’), dan Fakultas Tarbiyah (Jurusan Pendidikan Agama Islam).
Tidak sampai disitu, PP. Nurul Jadid juga mengembangkan Akademi Komputer dan Manajemen Informatika (AKOMI) pada tahun 1996, yang bermula dari kursus komputer, Nurul Jadid Computer (NJC) pada tahun 1992 (sttnj.ac.id).
Empat tahun kemudian, tahun 1999, AKOMI berkembang menjadi Sekolah Tinggi Teknologi atas kerjasama Pendidikan Tinggi AKOMI dengan Kopertis Wilayah VII, Universitas Brawijaya Malang, PT. PLN Unit Pembangkit Paiton.
Selanjutnya, atas desakan kebutuhan masyarakat untuk adanya pendidikan tentang ilmu kesehatan, maka pada tahun 2009, PP. Nurul Jadid mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STiKes) dengan dua jurusan: S1 Keperawatan dan D3 Kebidanan.
Setelah melalui sejarah panjang berdirinya pendidikan tinggi di PP. Nurul Jadid, pada 29 Oktober 2017, Prof. Drs. H. Mohamad Nasir, M.Si, Ak, Ph.D, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) ketiga perguruan tinggi (IAI, STT, STIKes) disatukan dan diresmikan menjadi Universitas Nurul Jadid saat acara Prosesi Wisuda Bersama Kampus Terpadu Nurul Jadid. Kini UNUJA (Universitas Nurul Jadid) dipilih untuk menamai ketiga perguruan tinggi tersebut.*