Jejak Kerajaan Pulau Kaledupa Yang Terpendam

Rabu, 22 November 2017 - 08:05
Bagikan :
Jejak Kerajaan Pulau Kaledupa Yang Terpendam
Pulau Kaledupa, Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Foto: tripadvisor.co.id)

Jejak Kerajaan Pulau Kaledupa Yang Terpendam

SULAWESI, ALFIKR.CO- Pulau Kaledupa, yang masuk dalam gugusan pulau-pulau Tukang Besi, Wakatobi, memiliki sejarah yang terpendam. Kerajaan Kaledupa merupakan kerjaan kecil yang memiliki peran penting dalam sejarah Kerajaan Buton.

Kala itu, sekitar pada 1216 Masehi, kehidupan masyarakat Pulau Kaledupa masih di bawah kendali tetua adat Sara-sara Fungka yang membawahi tiga daerah; La Rahmani tetua Sara-sara Fungka di daerah Bente, La Ta`ayomi di derah Horio, La Serewaha di daerah Famila.

La Rahmani sebagai tetua Sara-sara Fungka di daerah Bente memiliki seorang puteri yang cantik dan menawan, Baih Bayano. Atas keiginan ayahnya, Baih Bayano dinikahkan dengan seorang Musafir asal Persia yang bernama Muhammad Ndangi Tongka Al-lamo atau dikenal di Kaledupa dengan sebutan La Tongka Allamo, putera dari Muhammad Arif Bin La Maarifatul Kurqi Bin Abu Bakar generasi kedelapan belas dari para sahabat.

Setelah menikah dengan Baih Bayano, tepatnya pada 1635, Tongka Allamo mengumpulkan ketiga tetua adat Sara-sara Fungka di salah satu gua bawah tanah di daerah Palea. Dari hasil musyawarah tersebut disepakati bahwa Kaledupa menjadi Brata (kerajaan kecil) yang raja pertamanya adalah La Tongka Allamo dengan gelar Muhammad Andangi Tongka Allamo.

“Kaledupa menjadi Brata (kerajaan kecil) yang memiliki hak otonom,” kata La Ode Sareyu, salah satu keturunan kerajaan Keledupa.

Menurut Saharuddin Usmi, pemerhati Budaya Wakatobi, Sulawesi, Barata ini merupakan strategi bagi kerjaan Buton untuk memertahankan kekuasaannya di bagian Buton Timur. Sebab Kaledupa merupakan salah satu tempat persinggahan bagai para pedagang di wilayah Nusantara bagian Timur.

Hal ini berlaku setelah Kasawari, putera raja Buton menikah dengan puteri raja Kaledupa yang ke sepuluh, Wa Eda Sultani, Barata Kaledupa dijadikan benteng pertahanan kerajaan Buton bagian Timur.

Penulis
Zainul Hasan R.
Editor
Putro Hadi

Tags :