KH. Moh. Zuhri Zaini: Kita Harus Berikhtiar untuk Mencari Takdir yang Baik

Minggu, 22 Maret 2020 - 14:29
Bagikan :
KH. Moh. Zuhri Zaini: Kita Harus Berikhtiar untuk Mencari Takdir yang Baik
FOTO: MULTIMEDIA PP NURUL JADID

ALFIKR.CO, PAITON- “Dalam keadaan Keprihatinan (karena musibah) kita perlu memperkuat keyakinan, keimanan dan tawakkal kita kepada Allah SWT, dengan tetap tidak mengurangi ikhtiar kita, dengan memperbanyak dzikir dan amal-amal ibadah,” hal ini disampaikan KH. Moh. Zuhri Zaini saat tausyiah di acara Haul Masyayikh di Masjid Jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Minggu (22/03).

Amal-amal ibadah itu, Kiai Zuhri menambahkan, baik berupa ibadah ritual seperti salat, baca Al-Quran, dan lain sebagainya, maupun ibadah-ibadah ghairu mahdhah, termasuk belajar, dan barangkali ibadah-ibadah sosial. “Tentu yang tidak mengandung resiko. Karena keprihatinan kita kali ini disebabkan mewabahnya virus Corona-19 yang sudah mendunia,” ungkap Kiai Zuhri.

Menurut Kiai Zuhri, jika meyakini segala hal yang terjadi ialah atas kehendak Allah SWT, maka seseorang akan menghadapi segala hal dengan tetap tenang, tidak panik. Dan rasa tenang itu menurut beliau sangat penting dalam menghadapi musibah-musibah kesusahan dan kesedihan.

“Sebab kalau kita panik, artinya takut yang keterlaluan, apalagi sampai setres. Itu akan mempengaruhi daya tahan tubuh kita, imunitas tubuh kita. Nah selain imunitas tubuh, imunitas mental, imunitas batin atau ketahanan batin itu penting,” papar Kiai Zuhri.

Dalam hal ikhtiar, Kiai Zuhri menegaskan, selain keyakinan dan ketawakkalan kepada Allah SWT, sikap ikhtiar bukan berarti ditinggalkan. “Artinya tawakkal itu adalah kita mengandalkan Allah tidak mengandalkan ikhtiar, tetapi kita tetap harus berikhtiar.”

Kiai Zuhri mengambil contoh dari kisah Sayyidina Umar, saat itu, “Ketika Sayyidina Umar bin Khattab mengutus sejumlah pasukan ke Syam, waktu itu sampai di tengah perjalanan beliau mendengar kalau di situ ada wabah. Para sahabat berdiskusi: kita lanjut atau jalan. Sebagian sahabat mengatakan lanjut saja, sebab yang menentukan semuanya adalah Allah, kalau kata Tuhan ndak mati ya ndak, kalau ndak sakit ya ndak sakit.

Dan sebagian sahabat lainnya mengatakan, jangan. Sebab kita tidak boleh menjerumuskan diri kepada kebinasaan. Dalam diskusi tersebut tidak menemukan keputusan. Akhirnya melapor kepada Sayyida Umar. Kata Sayyidina Umar, pulang saja. Alasan Sayyidina Umar, kita ini lari dari takdir Allah ke takdir Allah yang lain,” cerita kiai Zuhri di hadapan para santri dan Pengurus Pesantren.

Dalam kisah Sayyidina Umar tersebut, Kiai Zuhri menjelaskan bahwa pulangnya Sayyidina Umar ialah takdir Allah, takkdir yang baik sehingga seluruh pasukan selamat dari wabah. “Kalau kita memaksa (menerobos wabah) lalu sakit, takdir Allah juga, takdir Allah yang tidak enak.”

“Jadi ini semua adalah takdir kita,” Kiai Zuhri menambahkan, “Tapi kita tidak tahu apa yang telah ditakdirkan. Takdir yang kita tahu adalah takdir yang telah terjadi, karena ketika takdir itu belum terjadi kita harus berusaha, kita harus berikhtiar untuk mencari takdir yang baik.”

Dalam hal ini, ikhtiar dan tawakal saling beriringan, sehingga Kiai Zuhri berharap kepada seluruh santri, alumni, wali santri, dan masyarakat agar mematuhi segala prosedur kesehatan yang telah ditentukan. Berusaha semaksimal mungkin agar terhindar dari Wabah Covid-19.

“Semisal ketika disemprot desinfektan, saya juga minta untuk disemprot, karena itu sudah prosedur dan bentuk ihktiar kita, menjaga kesehatan,” harap Kiai Zuhri di akhir tausyiah beliau.

Penulis
Abdur Rozak
Editor
Jawahir

Tags :