Menanam Kehidupan Di Pesisir Utara Probolinggo

Selasa, 29 Desember 2020 - 20:11
Bagikan :
Menanam Kehidupan Di Pesisir Utara Probolinggo

ALFIKR.CO, PAITON- Selasa, 29 Desember 2020, sekitar pukul 15.00, pelataran Balai Desa Randutatah Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo mulai dipadati oleh pemuda desa, mahasiswa, serta warga setempat. Mereka berkumpul untuk mengikuti rangkaian kegiatan penanaman pohon yang bertajuk ‘Tanam Kehidupan’.

Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Universitas Nurul Jadid dan berkolaborasi dengan Kelompok Pemuda Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Randutatah.

Setelah acara seremonial, satu-persatu peserta mengambil bibit pohon yang telah disediakan. Ratusan bibit pohon tersebut terdiri dari berbagai jenis, seperti Cemara Udang, Glodokan Tiang, serta beberapa pohon buah-buahan.

Gerimis sore itu tidak menyurutkan semangat para peserta penanaman bibit pohon di kawasan pesisir utara Desa Randutatah Kecamatan Paiton Probolinggo. Ketua Panitia, Moh. Romli, mengatakan, kolaborasi ini bukan yang pertama, “sebelumnya, kami bersama pemuda-pemuda desa melakukan bersih-bersih pantai. Nah agenda yang kedua adalah penghijauan di sekitar wisata Pantai Seruni,” ucapnya pada ALFIKR.CO.

Selain itu, ia menambahkan, inisiatif tersebut selain untuk memanjakan mata, penghijauan juga salah satu upaya untuk mengatasi abrasi yang berdampak serius terhadap masyarakat setempat.

Hal itu diamini oleh Deky Sugi Aditya, salah satu pemuda setempat, bahwa reboisasi juga mampu memperindah lingkungan “dari situ kita berpikiran kenapa kok tidak dikelola menjadi wisata. Misalkan dulu hanya mencegah abrasi sekarang kita manfaatkan untuk wisata juga. Jadi ada dua dampak positif,” ucapnya.

“Makanya, dari beberapa jenis bibit tanaman yang difokuskan adalah Glodokan Tiang untuk menghiasi jalanan di sepanjang Pantai Seruni, dan juga Cemara Udang untuk mempercantik bibir pantai tepat di utara hutan Mangrove,” lanjutnya.

Selain mencegah abrasi dan memperindah lingkungan, Romli juga melihat, dampak positif dari reboisasi juga mampu menanggulangi polusi udara di lingkungan sekitar. Lebih-lebih, ia menambahkan, Desa Randutatah berdekatan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton.

Terpisah, Zia Ulhaq, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Probolinggo, mengapresiasi kegiatan yang dilakukan secara kolaboratif oleh PMII Komisariat Universitas Nurul Jadid dan Pemuda Desa Randutatah. Hal itu, menurutnya, membuktikan bahwa nilai-nilai kecintaan terhadap alam mampu diaktualisasikan secara nyata.

”Agenda ini sangat penting, dalam artian penanaman dilakukan, untuk menunjang keasrian suatu wilayah khususnya Randutatah, dan juga menunjang perkembangan wisata Pantai Seruni,” ujarnya pada ALFIKR.CO.

Salah satu tokoh masyarakat Desa Randutatah, Moh. Said, berharap kegiatan kolaboratif semacam ini perlu terus digencarkan. “Jangan sekedar berhenti disini. Tapi berkelanjutan sampai Desa Randutatah ini benar-benar asri. Sering-sering main kesini untuk melestarikan lingkungan,” harapnya.

Merawat Semangat Orang Tua

Deky juga menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan agenda rutin yang digelar oleh pemuda-pemuda Desa Randutatah. Menurutnya kegiatan reboisasi di Desa Randutatah awalnya merupakan upaya masyarakat dan pemuda setempat dalam merespon kondisi ekologi yang terjadi.

Senada dengan Deky, Romli juga mengatakan bahwa dampak positif dari reboisasi memang tidak langsung bisa dinikmati sekarang. Ia melihat bahwa hasil dari penanaman bibit-bibit tersebut akan sangat signifikan di masa akan datang baik dirasakan oleh kita maupun anak cucu.

Sebelum dilakukan reboisasi berupa penanaman Mangrove, lanjut Deky, banjir rob (banjir air laut) kerap kali terjadi setiap musim air pasang. Selain itu minimnya kesadaran pemuda dan masyarakat untuk menjaga lingkungan. Hal tersebut bisa dilihat, menurutnya, dari persoalan sampah yang masih sering dibuang sembarangan juga menambah beban lingkungan yang berdampak serius terhadap masyarakat.

Salah satu upaya mengurangi krisis ekologis itu, ia menambahkan, dengan melakukan reboisasi Mangrove untuk mencegah abrasi. Sebab, lanjutnya, banjir rob adalah dampak nyata yang dirasakan oleh masyarakat.

“Sebenarnya kalau kita ngomong penanaman di daerah pesisir itu hari-hari ini sangat penting bahkan menurut saya itu wajib. Karena ya kita tahu dari tahun ke tahun pasir di pantai itu bergeser (abrasi). Nah kita pecah ombak itu menggunakan Mangrove. Dari situ pemuda dan masyarakat sekitar menyadari, ternyata memang benar Mangrove mampu mencegah abrasi. Jadi kita galakkan itu,” ujarnya.

Ia melanjutkan bahwa kegiatan reboisasi telah dilakukan sekitar tahun 2006-2007 oleh masyarakat setempat. Saat ini luasan lahan yang telah ditanami Mangrove seluas 11 hektar di sepanjang pesisir pantai Randutatah. Deky menyadari bahwa ia beserta pemuda lainnya memiliki tanggung jawab untuk merawat dan meneruskan apa yang telah dilakukan oleh orang tua- orang tua mereka.

“Saya ini menikmati hasilnya... Nah kegiatan kali ini merupakan upaya merawat dan meneruskan dengan berbagai inovasi apa yang telah dilakukan orang tua-orang tua kita,” lanjut pria berusia 26 tahun itu.

Minimnya Keseriusan Merespon Krisis Ekologi

Disamping itu, Zia, berharap bahwa kepedulian lingkungan tersebut tidak selesai direboisasi. Menurutnya, saat ini Probolinggo mengalami krisis ekologi cukup serius. Ia mencontohkan keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton berpotensi tidak hanya mencemari udara tetapi juga merusak ekosistem laut.

“Kita tidak bisa berhenti hanya sekedar melakukan reboisasi, karena kasusnya kompleks, Jadi selain gerakan-gerakan reboisasi pemerintah perlu membuat kebijakan serius dalam merespon krisis ekologi tersebut,” tandasnya.

Dampak nyata dari rusaknya ekosistem laut sangat dirasakan oleh masyarakat terutama nelayan. Kerusakan ekosistem laut, lanjutnya, akan mempengaruhi hasil tangkap nelayan. Dan kerusakan itu dikarenakan oleh tumpahan batu bara.

“Nah untuk kita, sebagai mahasiswa, perlu mengawal dan mengkaji betul seperti apa industri yang ada di Probolinggo supaya krisis ini tidak semakin parah yang nantinya akan berdampak serius terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar,” harapnya.

Penulis
M. Hasan Noval
Editor
M. Arwin

Tags :