Rencana Kenaikan Harga BBM Kian Ramai, Lihat Harga dari Zaman Soeharto hingga Jokowi

Rabu, 31 Agustus 2022 - 20:35
Bagikan :
Rencana Kenaikan Harga BBM Kian Ramai, Lihat Harga dari Zaman Soeharto hingga Jokowi
Ilustrasi. Heboh beli Pertalite dan Solat pakai Mypertamina mulai 1 Agustus 2022. (Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

alfikr.id, Probolinggo-Pemerintah berencana untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi pertalite dan solar, harga BBM subsidi saat ini tengah membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Rp502 triliun.

Besaran subsidi energi ini disebut menjadi peringkat terbesar di dunia. Pasalnya, tak ada satu negara pun yang memberi subsidi sebesar itu. Besaran ini bahkan disebut mampu untuk membangun ibu kota baru.

Dikutip dari Nuonline, jika kenaikan harga BBM tercatat pernah dilakukan di setiap masa pemerintahan Indonesia, seiring dengan pergerakan harga energi global.

Presiden Soeharto

Pada kepemimpinan Soeharto, kenaikan BBM dilakukan selama 3 kali. Pertama, 1980 yang awalnya harga BBM mulai dari Rp150, kemudian tahun 1991 kembali naik menjadi Rp550, tak berhenti disitu pada tahun 1993 naik sebesar Rp700, terakhir pada tahun 1998 melambung dengan harga Rp1.200.

Presiden BJ Habibie

Selanjutnya pada masa pemerintahan BJ Habibi yang hanya menjabat 18 bulan tidak ada kenaikan harga BBM. Justru, Habibi menurunkannya yang semula Rp1.200 menjadi Rp1.000.

Presiden Abdurrahman Wahid

Sama seperti pemerintahan presiden sebelumnya, Gus Dur juga menurunkan harga BBM yang semula Rp1.000 turun jadi Rp600. Namun, pada tahun 2000 harga BBM melonjak jadi Rp1.150 dan di tahun 2001 menjadi Rp1.450.

Presiden Megawati

Kepemimpinan Presiden Megawati tercatat menaikkan harga BBM sebanyak 2 kali. Pertama kenaikan BBM terjadi pada 2002 dari harga Rp1.450 menjadi Rp1.550 per liter. Dilanjut pada tahun 2003, ia menaikan harga menjadi Rp1.810 per liter.

Kenaikan yang terjadi di masa Megawati itu ditengarai harga minyak dunia mengalami kenaikan sebesar 108,3 persen dari USD 24 di 2001 menjadi USD 50 per barel pada 2004.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Selama dua periode menjabat Presiden SBY tercatat menaikkan dan menurunkan harga BBM sebanyak 3 kali.

Tercatat pada tahun 2003 yang awalnya harga BBM berkisar Rp 1.810, naik menjadi Rp 2.400 sampai Rp 4.500 di tahun 2005. Hal itu terus berlanjut sampai tahun 2008, yang membuat harga BBM mencapai angka Rp 6.000.

Presiden Jokowi

Di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pada 17 November 2014 harga premium naik menjadi Rp8.500 dan solar menjadi Rp7.500.

Kemudian, pada tanggal 1 Januari 2015 harga premium turun menjadi Rp7.600 sedangkan solar turun menjadi Rp7.250. Penurunan harga BBM kembali terjadi di bulan Januari menjadi Rp6.600 untuk premium, dan solar menjadi Rp6.400.

Sialnya, Jokowi kembali mengumumkan kenaikan harga BBM pada bulan Maret di tahun yang sama, menjadi Rp7.300 untuk premium dan Rp6.900 untuk solar. Pada 2016 terjadi penurunan harga BBM kembali, harga premium menjadi Rp6.500 dan untuk solar menjadi Rp5.150.

Saat ini, harga BBM Pertalite Rp7.650 per liter, sementara Pertamax Rp12.500 per liter. Selain itu, pada 3 Agustus 2022 PT Pertamina (Persero)  baru saja menaikkan harga tiga jenis BBM non subsidinya. Ketiga BBM tersebut diantaranya adalah Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex.

Secara spesifik, di DKI Jakarta misalnya, harga Pertamax Turbo (RON 98) naik dari semula Rp16.200 per liter menjadi Rp17.900, sedangkan Dexlite naik dari semula Rp 15.000 per liter menjadi Rp17.800 per liter. Kemudian, Pertamina Dex naik dari Rp16.500 per liter menjadi Rp18.900 per liter.

Kenaikan harga BBM itu berbeda di setiap wilayah seperti di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur hingga Papua.

BBM sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Sebab, bahan bakar menjadi salah satu komoditas penting yang digunakan hampir setiap harinya. Selain itu, BBM dapat memberikan pengaruh terhadap fluktuasi harga barang di pasaran.

Penulis
Abdul Razak
Editor
Adi Purnomo S

Tags :