Wacana Kenaikan Harga BBM, Sopir Truk: Saya Tidak Setuju
Jum'at, 02 September 2022 - 03:27alfikr.id, Paiton-Aktivitas di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Desa Randumerak, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo nampak ramai. Di tempat peristirahatan, supir truk asal Banyuwangi, Arif bersama rekannya tengah bersantai.
Kami menanyakan perihal rencana pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Arif mengaku tak terlalu mengetahui isu tersebut. Tetapi Arif menegaskan, “Saya tidak setuju,” ucapnya saat diwawancarai.
Segendang-sepenabuhan, Eko sopir asal Kabupaten Jepara mengatakan kenaikan harga BBM pasti akan berimbas terhadap harga-harga kebutuhan lain. “Bukan hanya solar yang naik. Tetapi, beras, kebutuhan keluarga, dan kebutuhan sekolah juga ikut naik,” tegasnya.
Bapak berkepala dua tersebut merasa bingung dan putus asa, saat mendengar wacana harga BBM mau dinaikkan. Pasalnya, ia rakyat biasa yang tidak memiliki cukup powet untuk bersuara kepada pemerintah. “Suara saya tak akan didengar,” kesalnya sambil menggaruk-garuk kepala.
Ia juga mengungkapkan efek domino pagebluk Covid-19 membuat masyarakat kesusahan. Namun saat perekonomian berangsur pulih, justru BBM hendak dinaikkan. “Malah solar yang mau dinaikkan,” kesalnya.
Sebagai sopir truk, ia sebenarnya mendapatkan uang jalan. Hanya saja bila solar naik, ongkos tersebut diperkirakan mepet dengan biaya solar. “Jika harga BBM naik, maka kita tidak mendapatkan untung.”
Memang, ongkos jalan diberikan oleh bos. Tetapi, ia melanjutkan, semisal ongkos jalan kurang karena harga BBM naik ia akan rugi. Harga solar dan kebutuhan mudah naik. Tetapi tidak dengan gaji dan ongkosnya.
“Gaji dan ongkos jalan tidak gampang dinaikkan oleh bos,” tegasnya.