Pengamat: Edukasi Pendidikan Kebencanaan di Sekolah dan Madrasah Penting Untuk Dimulai

Jum'at, 07 Oktober 2022 - 22:59
Bagikan :
Pengamat: Edukasi Pendidikan Kebencanaan di Sekolah dan Madrasah Penting Untuk Dimulai
Sejumlah siswa taman kanak-kanak mengikuti edukasi mengenal kebencanaan erupsi Gunung Merapi di Sungai Poitan, Karangnongko, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (6/10/2022). [Sumber foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho/rwa]

alfikr.id, Jakarta- Pengamat pendidikan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Dr. Jejen Mustafa MM, mengatakan sangat penting sekolah dan madrasah memulai edukasi pendidikan kebencanaan yang baik bagi para peserta didik. Sehingga, ketika nanti terjadi bencana seperti banjir ataupun longsor, mereka bisa mengetahui bagaimana bertindak.

Menurut Jejen Mustafa, edukasi pendidikan kebencanaan tersebut bisa melalui radio, televisi maupun langsung datang ke sekolah. Bukan hanya peserta didik, tetapi warga juga bisa dikumpulkan bersama peserta didik dalam satu wilayah.

"Penting sekali memulai mengedukasi dunia pendidikan kita dengan pendidikan kebencanaan baik di radio televisi maupun datang langsung ke sekolah dikumpulkan di satu wilayah agar warga sekolah punya pemahaman yang baik bagaimana harus bertindak pada saat terjadi banjir, longsor dan sebagainya," ucapnya, seperti dilansir dar ANTARA di Jakarta, Jumat.

Pendidikan di Indonesia saat ini masih belum optimal dalam menerapkan edukasi kebencanaan, meski bencana seperti longsor dan banjir kerap terjadi. Maka dari itu kata Mustafa, pemerintah turut serta membantu menyosialisasikan edukasi tersebut.

Selain itu, pengamat pendidikan itu juga mengingatkan bagi warga, sekolah dan sekitarnya untuk memperbaiki saluran air dan jalan-jalan berlubang di sekitar sekolah.

"Anak-anak yang sekolah membawa kendaraan motor atau sepeda untuk ekstra hati-hati karena kondisi jalan kita banyak lubang dan itu tertutupi oleh air genangan air, sehingga bila perlu naik kendaraan umum. Juga tentu saja anak-anak warga sekolah untuk membawa jas hujan atau payung," ucapnya.

Mustafa menyarankan, jika kondisi tidak memungkinkan (banjir dan longsor), maka sekolah dan madrasah harus menyiapkan skema hibrid dan tidak memaksa siswa atau guru untuk masuk sekolah.

"Artinya, sekolah dan madrasah tidak boleh memaksa anak-anak untuk tatap muka karena prinsip kita adalah kesehatan keselamatan siswa atau warga sekolah lebih penting dibanding pendidikan itu sendiri. Tidak menutup kemungkinan siswa-siswi kita rumahnya banjir atau tergenang dan lain-lain," ucap Jejen kepada wartawan ANTARA.

Selain itu perlu juga adanya surat edaran dari pihak-pihak terkait tentang pola pembelajaran di situasi cuaca saat ini dan mengingatkan bahwa prinsip pendidikan tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan warga sekolah alih-alih mewajibkan mereka datang ke sekolah.

Bukan hanya sekolah dan madrasah, tetapi pihak-pihak terkait seperti pemerintah juga harus mengeluarkan surat edaran terkait pola pembelajaran di situasi cuaca yang tidak memungkinkan untuk sekolah. Serta, mengingatkan bahwa prinsip pendidikan tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik dan guru.

Contohnya, pada Kamis (06/10) sekolah madrasah di Cilandak, Jakarta Selatan ambruk. Kata Jejen, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi beserta Menteri Agama harus mengalokasikan dana perbaikan sekolah, yang saat ini mengancam keselamatan murid dan guru.

"Ini juga PR besar di akhir dua tahun Mendikbud dan Menag untuk refocusing dana. Kalau kemarin untuk COVID-19, sekarang saya kira untuk renovasi bangunan sekolah yang bisa mengancam keselamatan bahkan nyawa warga sekolah," pungkasnya.

Penulis
Adi Purnomo S
Editor
Zulfikar

Tags :