Harga Beras Melonjak, Pemerintah Harus Tegas Mengambil Kebijakan
Sabtu, 08 Oktober 2022 - 01:40alfikr.id, Jakarta- Beriringan dengan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Bulan September lalu. Beberapa komoditas mengalami kenaikan harga, beras salah satunya.
Lonjakan harga beras, sangat berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga. Kenaikan yang melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET), di khawatirkan akan memperlemah daya beli masyarakat.
Sebelumnya masyarakat sudah tertimpa Covid-19, kenaikan harga minyak
goreng, dan problem geopolitik antara Rusia dan
Ukraina membuat ekonomi global tidak stabil.
Dalam satu pekan terakhir, harga beras sudah melonjak lebih dari 50 persen. Seperti di pasar induk cipinang, harga beras yang berkualitas medium yang sebelumnya berharga Rp. 9000 per kilogram, pada tanggal 3 Oktober lalu telah mencapai kisaran Rp 13.600 per kilogram. Harga tersebut melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang di tetapkan oleh pemerintah sebesar Rp 9.450 per kilogram.
Hal
lain, yang mengakibatkan melonjaknya harga beras, disebabkan oleh naiknya
harga gabah. Sebelumnya harga gabah kering pada petani mencapai Rp 5.288 per
kilogram, pada akhir bulan September harga gabah kering dari petani sudah
mencapai Rp 6000 per kilogram. Ditambah lagi dengan biaya logistik, maka di
perkirakan harga beras medium bisa mencapai Rp 15.000 per kilogram.
Menurut Menteri Perdagangan (Mendag) Zulfikfli Hasan pada acara pers Kinerja 100 hari Kementerian Perdagangaan di Jakarta, hari Minggu (25/9/2022). Ia menyampaikan masarakat tidak perlu khawatir pada kenaikan harga beras.
Pasalnya, Zulhas akan melakukan kerja sama
dengan Perum Bulog untuk mengintervesi pasar. kebijakan ini di lakukan agar
daya beli masyarakat terhadap beras bisa terjaga.
“Kita
bersama Bolug akan melakukan intervesi pasar bahkan besok ke Riau juga akan
melakukan intervesi pasar,” pungkasnya Mendag Zulhas dilasir dari Kompas.com.
Namun
masalahnya, pada saat ini cadangan beras Badan Urusan Logistik (Bulog) hanya mencapai
800 ribu ton, padahal untuk memenuhi permintaan pedagang pasar agar bisa
mengendalikan harga. Dibutuhkan sekitar 1,5 juta, dengan jumlah beras demikian
di harapkan bisa mengendalikan harga beras pada konsumen.
Oleh
karena itu, Bulog perlu bekeja sama dengan petani untuk menyerap gabah lebih
banyak dari petani. Tidak hanya itu, bersinergi dengan perusahaan milik negara
lainnya yang memproduksi beras juga perlu di lakukan.
Jika usaha yang di lakukan belum mampu untuk membendung harga beras, maka jalan lain yang bisa di tempuh oleh pemerintah bisa melakukan impor beras. Pemerintah tidak perlu ragu untuk membuka keran impor, jika sekiranya itu perlukan untuk mengatasi kenaikan pada harga beras.
"Saya mau dihujat orang pun kalau memang kurang, harus impor beras. Enggak apa-apa karena beras itu pengaruh terhadap inflasi 3,3. Jadi kalau beras langkah itu enggak kebayang deh," ungkap Zulhas, dilansir dari kompas.com.
Sumber: Tempo.co