Maulud Nabi Khas Masyarakat Bayan di Lombok.

Minggu, 09 Oktober 2022 - 16:05
Bagikan :
Maulud Nabi Khas Masyarakat Bayan di Lombok.
Tradisi Maulid Nabi Adat Bayan Lombok, [foto: Merdeka.com/Elyana Dasuki]

alfikr.id, Lombok- Maulid Nabi atau Mulud Adat, merupakan salah satu acara adat masyarakat Lombok Utara, yang dilaksanakan sebagai peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Hanya saja, acaranya berbeda dengan kegiatan Maulid Nabi yang dilaksanakan di sebagian besar wilayah Indonesia, terutama Jawa.

Umumnya, maulid dilaksananakan dengan menggelar tahlilan, sholawatan, dan pengajian dengan waktu pelaksanaan yang relatif singkat. Sedangkan Masyarakat Adat Lombok Utara, kegiatan Maulid dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut.

Menurut Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Adat, Lombok Utara, Raden Sutra Kusuma, Mulud Adat bukan sekadar peringatan kelahiran nabi, melainkan satu prosesi adat yang mengandung makna filosofis kehidupan alam semesta.

Sehingga, beberapa kegiatan adat yang memiliki kandungan filosofis dan kesamaan nilai dengan maulid, yang dilaksanakan sebagai satu rangkaian kegiatan. 

Menurut kepercayaan masyarakat Desa Bayan Mulud Adat adalah acara yang sakral, oleh karena itu mereka berkewajiban untuk mempersiapkannya.

Dalam pelaksanaanya masyarakat Desa Bayan terbagi menjadi lima gubuk (dusun), di antaranya Gubuk Bayan Timur, Gubuk Ketip, Gubuk Penghulu, Gubuk Bayan Barat, dan Gubuk Karang Salak. Dan setiap gubuk memiliki dapur tersendiri.

Prosesi Acara Mulud Adat, diawali dengan kegiatan menumbuk padi oleh kaum perempuan yang sedang suci (tidak haid). Padi yang ditumbuk adalah padi bulu dengan menggunakan alat rontak dan bambu yang disebut dengan tempan.

Sedangkan kaum lelaki nantinya akan membawakan wejangan dengan diiringi payung agung sebagai penutup sajian-sajian. Hal ini memiliki pasangan pengantin Adam dan Hawa.

Tempat wejangan yang di bawa oleh kamu laki-laki itu bawaancak, dimana ancak ini terbuat dari anyaman bambu. Yang nantinya akan dibawa ke Masjid Bayan Beleq.

Di saat bersamaan hal tersebut diiringi dengan gamelan, Gendang, Gerantung khas Desa Bayan. "Kemudian Gambla akan di bawa ke Gubuk Bayan Barat kembali, setelah mengiring menutu padi melalui Masjid Kuno," jelas Raden Sutra Kusuma.

Setelah diadakan selamatan gambln/gerantung di masjid kuno, kemudian dengan memajang hiasan di langit-langit masjid dan pemasangan umbul-umbul yang disebut dengan Bebao, di empat tiang di dalam Masjid Kuno yang dilakukan oleh masing-masing gubuk.

Sedangkan di luar masjid umbul-umbulnya dipasang oleh Lokaq Penguban, orang yang ditugaskan oleh pemangku adat setempat.

"Ini menggambarkan bahwa pada dasarnya manusia tidak berada di atas dan agar ia akan selalu tunduk pada Sang Pencipta," ujar Raded kepada kru ALFIKR.

Pada setiap umbul terdapat simbol-simbol yang menyiratkan makna yang berbeda. Benang merah, darah yang artinya setiap manusia memiliki darah serta beranian.

Sedangkan benang putih bermakna kesucian dan keikhlasan. Benang kuning, adalah lambing tumbuh-tumbuhan yang menjadi salah satu sumber kehidupan manusia.

Benang biru, melambangakan iklim dan cuaca atau waktu, Dan benang hitam, melambangakan besi beraja atau alat bercocok tanam.

Setelah kegiatan memajang dan pemasangan bebao selesai, kemudian dilaksanakan acara perisian di depan halaman masjid sampai waktu subuh, dan dilanjutkan dengan pemotongan hewan dari masing-masing gubuk.

Menurut Raden Masjanum, pemangku adat setempat, persiapan acara puncak Mulud Adat disebut dengan acara ala kadar. Acara ini diprakasai oleh masing-masing gubuk.

Biasanya dari masing-masing gubuk akan disuguhkan sajian untuk dimakan bersama di Masjid Kuno. Namun disajikan dalam bentuk "Nasi Ancak" yang disajikan menggunakan wadah yang terbuat dari bilahan bambu yang menutup daun pisang.

Namun dalam prosesi pengantaran nasi ancak menuju masjid tidak dilakukan secara langsung. Sebab Praja Mulud Penguban (sebutan untuk kaum pria yang mengantarkan nasi ancak) akan memakai payung agung.

Kaum adam yang membawa ancak itu biasanya diambil dari dua gubuk secara bergiliran setiap tahunnya.

Acara maulid atau acara puncaknya akan di akhiri dengan Hidmah dalam zikir dan doa. Setelah zikir dan doa bersama barulah nasi ancak akan di nikmati bersama dengan penuh kecerian. Begitulah prosesi Mulud Adat Desa Bayan yang hingga sekarang terus dipertahankan keasliannya.

Masyarakat adat Bayan merupakan contoh dari sekian banyak masyarakat adat di Lombok hingga saat ini masih mempertahankan tradisi leluhurnya. Desa itu adalah salah satu dari sekian desa yang banyak menyimpan khazanah warisan leluhur serta menjaga dan menjaga adat istiadat kehidupan asli Suku Sasak Bayan di Lombok.

Sumber : Majalah ALFIKR

Penulis
Zulfikar
Editor
Abdul Razak

Tags :