Pesan Nabi Muhammad Saw Terkait Lingkungan Hidup
Minggu, 09 Oktober 2022 - 16:05alfikr.id, Probolinggo- Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
akan dilaksanakan umat Islam setiap tahunnya. Dengan rasa kebahagian dan
kegembiraan atas lahirnya sosok pemimpin umat manusia di muka bumi, pelbagai
cara dilakukan untuk untuk merayakannya. Tak hanya itu saja, semangat untuk
meneladani perilaku keseharian nabi harus kita terapkan dalam keseharian.
Keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam semua aspek perlu kita
reflekasikan untuk kehidupan mendatang. Mengingat sebuah misi utama yang
diwujudkan melalui perbaikan perilaku manusia
terhadap tiga aspek utama dalam kehidupannya, yaitu terhadap Sang Pencipta,
terhadap sesama manusia, dan terhadap alam dan lingkungannya.
Nabi Muhammad tidak hanya mengajarkan ritual keagamaan. Dalam beberapa kesempatan, Nabi juga mengingatkan para sahabat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Jika lingkungan rusak, maka manusia juga yang akan menanggung dampaknya.
Karena
bagaimana pun, manusia dan lingkungan dengan segala aspeknya yang berbeda-beda
itu saling terkait dan saling membutuhkan. Dilansir islam.nu.or.id pesan
nabi terkait dengan pelestarian lingkungan sebagai berikut:
1. Larangan melakukan pencemaran lingkungan
Nabi sangat tegas terkait dengan hal ini. Dalam satu hadits riwayat Abu Dawud, Ahmad, dan Ibnu Majjah, beliau melarang keras seseorang buang air besar di sungai-sungai yang mengalir, di jalan yang dilalui orang, dan tempat berteduh.
Ketiga perbuatan tersebut merupakan hal
yang dilaknat. Di hadits lain, Nabi juga melarang seseorang untuk buang air
besar di air yang tidak mengalir karena itu akan merusak air tersebut.
2. Menghemat air
Suatu ketika, Nabi Muhammad menegur sahabatnya, Sa’ad, karena berlebih-lebihan menggunakan air ketika berwudhu—meskipun pada saat itu air tersedia melimpah. Hal itu membuat Sa’ad bingung dan bertanya kepada Nabi perihal yang dilakukannya. “Apakah di dalam wudhu ada berlebih-lebihan?” tanya Sa’ad. “Ya, walau pun engkau sedang berada berada di sungai yang mengalir,” jawab Nabi.
Melalui hadits riwayat Ibnu Majah dan
Ahmad ini, Nabi menasihati sahabatnya (dan umat Islam) agar hemat dalam
menggunakan air. Karena, air merupakan salah satu kekayaan alam yang paling
penting dalam kehidupan manusia. Selain air, penggunaan listrik, minyak, dan
energi lainnya juga harus dihemat, tidak berlebih-lebihan.
3. Menanam tumbuhan merupakan upaya menjaga lingkungan
Menanam tumbuhan dalam upaya
menjaga lingkungan, Nabi Muhammad juga menganjurkan umatnya untuk menanam
tumbuh-tumbuhan di lahan-lahan yang sekiranya kosong. Kata Nabi, seseorang yang
menanam pohon akan mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah. Ia akan
mendapatkan pahalanya sepanjang tanaman tersebut memberikan manfaat atau
dimanfaatkan orang yang hidup di sekitarnya.
4. Menghidupkan tanah mati
Nabi menyerukan kepada para sahabatnya untuk menghidupkan tanah-tanah yang tidak dikelola. Beliau tidak membiarkan ada lahan sejengkal pun di wilayah kekuasaan umat Islam yang mati atau tidak dikelola. Mengapa? Karena siapapun yang memakan hasilnya itu –baik manusia atau pun hewan- maka yang menaman atau menabur akan mendapatkan pahala sedekah.
“Barang siapa yang menghidupkan tanah yang mati,
maka baginya pahala. Dan apa yang dimakan binatang darinya, maka itu baginya
pahala sedekat,” kata Nabi.
5. Menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan
Nabi Muhammad bersabda, suatu ketika Allah memperlihatkan kepadanya
amal baik dan amal buruk dari umatnya. Di antara amal baik umatnya yang
diperlihatkan kepada Nabi adalah menyingkirkan gangguan atau bahaya dari jalan.
Sementara amal buruk umatnya adalah meludah di masjid dan tidak
membersihkannya.
Di samping itu, Nabi Muhammad juga
menekankan kepada umatnya agar menjaga kebersihan karena Allah menyukai
kebersihan. Di hadits lain, Nabi mengtakan bahwa Allah itu Mahaindah yang
mencintai keindahan.
“Maka bersihkanlah halaman kalian,” kata
Nabi. Satu hari, Nabi Muhammad pernah mencagarkan sebuah wilayah—yang
meliputi lembah, padang rumput, dan tumbuhan- di sekitar Madinah. Nabi melarang
siapapun menggarap lahan yang dilindunginya tersebut untuk kepentingan pribadi
karena lahan itu dimaksudkan untuk kemaslahatan bersama.
Lahan yang dicagarkan Nabi itu ditaksir seluas 2.049 hektare dan dipakai sebagai tempat berdiamnya kuda-kuda perang kaum Muhajirin dan Anshor. “Ini adalah lahan yang aku lindungi” kata Nabi merujuk sebuah gunung di sekitar Madinah.