Tari Linda: Kesenian Tradisional Khas Kepulauan Muna

Rabu, 12 Oktober 2022 - 21:29
Bagikan :
Tari Linda: Kesenian Tradisional Khas Kepulauan Muna
Penari Tari Linda, [foto: Instagram/Jojon_kendari]

alfikr.id, Muna- Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi yang terdiri berbagai suku. Di antaranya,  Suku Tolaki, Buton, Muna, Moronene, dan Wawonii. 

Setiap suku memiliki warisan seni dan budaya yang menjadi identitas masyarakat. Salah satunya Tari Linda yang berasal dari Muna.

Tari Linda dalam bahasa Muna, berarti menari sambil berkeliling. Tari ini dibuat pada abad ke-16 oleh Wa Ode Wakelu, permaisuri raja La Ode Ngkadiri (Raja Muna ke-12). Tarian ini lalu mulai dipentaskan sejak masa pemerintahan La Ode Husein (Raja Muna ke-16).

Konon, asal muasal Tari Linda berasal dari legenda yang mirip dengan kisah Jaka Tarub. Alkisah, seorang pemuda mencuri selendang salah satu bidadari yang sedang mandi di sungai dan membuat bidadari tersebut tidak bisa kembali ke khayangan.

Cerita singkat, sang bidadaripun lalu menikah dengan pemuda itu dan memiliki seorang anak perempuan. Sehingga pada satu hari, sang bidadari menemukan selendangnya yang telah dicuri. 

Dengan kecewa, bidadari meninggalkan suami dan anaknya, lalu kembali ke khayangan. Namun, diberitahukan sebelum sang bidadari menariakn Tari Linda terlebih dahulu kemudian, sang anak juga menirukan gerakan tari ibunya.

Tari ini biasanya dibawakan oleh enam hingga delapan orang penari perempuan. Dan masing-masing mengenakan pakaian adat Suku Muna berupa atasan badhu kombo dan bawahan punto dan ndoro pada.

Selain itu, para penari juga mengenakan aksesoris berupa dali-dali manu (anting-anting berbentuk burung), simbi (gelang), dhao-dhaonga (kalung), dan panto (tusuk sanggul.

Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa selendang dan sapu tangan. Sedangkan Instrumen yang mengiringi Tarian ini berasal dari alat musik tradisional, yaitu gendang, gong, dan kasepe.

Instrumen yang dibawakan menggunakan irama yang cepat, bertolak belakang dengan gerakan Tari Linda yang lembut. Hal itu bermakna bahwa seorang remaja perempuan akan menemukan berbagai godaan silih berganti dan cepat dari lingkungannya.

Namun, hal tersebut tidak boleh mempengaruhinya. Perempuan tersebut harus tetap tenang dan penuh konsentrasi untuk membedakan yang baik dan yang buruk.

Tarian Linda biasanya di pentaskan pada upacara Karia, penari Tari Linda nantinya akan menemui para penonton dan memberikan selendang mereka sebagai pertunjukan.

Tamu yang mendapatkan selendang nantinya harus hamengembalikan selendang beserta uang (saweran) atau hadiah sebagai ungkapan syukur dan terima kasih.

Pada tahun 2015, Tari Linda ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Provinsi Sulawesi Tenggara.

Smber: pariwisataindonesia.id

Penulis
Zulfikar
Editor
Abdul Razak

Tags :