Kasus Ferdy Sambo Menurunkan Kepercayaan Masyarakat terhadap Polri
Selasa, 18 Oktober 2022 - 19:25alfikr.id, Jakarta-Hasil survei yang dilakukan Lingkaran
Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap institusi Polri mengalami penurunan 13 persen karena adanya kasus
pembunuhan Brigadir J yang melibatkan mantan Kadiv Propam Ferdy Sambo.
"Kasus Ferdy Sambo membuat kepercayaan masyarakat
kepada polisi menurun 13 persen, dari 72,1 persen (sebelum kasus) menjadi 59,1
persen," kata peneliti LSI Denny JA Ardian Sopa dalam keterangannya di
Jakarta, Selasa.
Survei dilakukan pada 11--20 September 2022 kepada 1.200
responden di 34 provinsi dan menggunakan metode riset kualitatif dengan analis
media, Focus Group Discussion (FGD), dan indepth interview. Wawancara
dilaksanakan secara tatap muka (face to face interview) dengan margin of error
(Moe) survei ini sekitar 2,9 persen.
Menurut dia, tingkat kepercayaan publik kepada Polri pernah
mencapai 87,8 persen pada tahun 2018. Namun, setelah Pilpres 2019 kepercayaan
terhadap polisi menurun pada angka 72,1 persen dan kasus Ferdy Sambo membuat
kepercayaan pada polisi kembali menurun ke angka 59,1 persen.
Ardian menyebutkan, ketika kepercayaan pada polisi menurun,
maka semakin banyak segmen masyarakat yang tak percaya pada polisi sebagai
sebuah institusi. Khususnya, masyarakat yang tingkat di perkotaan.
"Masyarakat yang tinggal di kota, sebanyak 51,3 persen
menyatakan kurang/tidak percaya terhadap polisi. Masyarakat yang tinggal di
pedesaan, sekitar 32,1 persen menyatakan kurang/tidak percaya terhadap
polisi," ujarnya.
Dari sisi gender, lanjut dia, laki-laki yang lebih banyak
tak percaya dengan polisi. Sebanyak 39,3 persen masyarakat yang berjenis
kelamin laki-laki menyatakan kurang/tidak percaya terhadap polisi. Sementara,
sebanyak 36,1 persen masyarakat yang berjenis kelamin perempuan menyatakan kurang/tidak
percaya terhadap polisi, ucapnya.
Dari sisi pemeluk agama, kata Ardian, pemeluk yang beragama
Islam lebih banyak yang tak percaya. Sekitar 38,6 persen masyarakat yang
memeluk agama Islam kurang/tidak percaya terhadap polisi dan sekitar 29,3
persen masyarakat yang beragama non-Islam menyatakan kurang/tidak percaya
terhadap polisi.
Kasus paling dramatis
Dia berpendapat kasus Ferdy Sambo merupakan kasus yang
paling dramatis di Tahun 2022. Menurutnya, ada lima hal yang membuat kasus itu
paling dramatis.
Pertama, kasus Ferdy Sambo didengar atau diketahui oleh
mayoritas masyarakat Indonesia (di atas 75 persen). Tak banyak dalam sejarah
kasus yang didengar lebih dari 75 persen populasi negaranya, ujarnya. Masyarakat
yang tidak pernah mendengar kasus ini hanya 7,1 persen dan sebanyak 5,4 persen
menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab.
Kedua, kasus Ferdy Sambo didengar oleh berbagai lapisan
masyarakat. Dari tingkat usia, yang berusia di bawah 30 tahun (94,4 persen)
menyatakan pernah mendengar kasus ini. Yang berusia 30–39 tahun (88,5 persen)
menyatakan pernah mendengar kasus ini. Yang berusia 40– 49 tahun (89,1 persen)
menyatakan pernah mendengar kasus ini.
"Bahkan, yang berusia di atas 50 tahun (81,6 persen)
menyatakan pernah mendengar kasus ini," ujarnya.
Ketiga, kasus Ferdy Sambo bertahan menjadi pembicaraan
publik berbulan-bulan. Keempat, kasus Ferdy Sambo seperti drama yang penuh isu
panas dan perubahan karakter. Dari kasus polisi tembak polisi, berubah ke isu
perselingkuhan.
Lalu kasus ini bertambah kaya dengan adanya elemen
"obstruction of justice" (aparat negara yang berbohong menghalangi
terbuka nya kasus yang sebenarnya. Akibat tindakannya itu, pencari keadilan
terhalangi).
Motif kasus berubah lagi menjadi kasus suami bela istri, penyalahgunaan
jabatan, juga tuduhan uang gelap judi daring, hingga uang narkoba. Kasus Ferdy
Sambo cukup dramatis selayaknya sinetron yang populer, tutur Ardian.
Faktor kelima, kasus Ferdy Sambo membuat kasus kepercayaan
pada polisi menurun 13 persen, dari 72,1 persen (sebelum kasus) menjadi 59,1
persen.