Kampanye Krisis Iklim dengan Bersepeda, Greenpeace Mengalami Intimidasi di Probolinggo

Selasa, 08 November 2022 - 12:22
Bagikan :
Kampanye Krisis Iklim dengan Bersepeda, Greenpeace Mengalami Intimidasi di Probolinggo
Suasana di home stay saat Tapal Kuda Nusantara menghadang rombongan Greenpeace. [Gianto/iNewsProbolinggo.id]

alfikr.id, Probolinggo-Sejumlah orang yang mengatasnamakan masyarakat Kota Probolinggo menghadang rombongan pesepeda Greenpeace Indonesia  di Kota Probolinggo, Senin (7/11) petang. Hal ini ditengarai karena mereka dituduh ingin mengganggu jalannya KTT G20 di Bali, 16 November 2022 mendatang.

Greenpeace Indonesia sedang melanjutkan perjalanan ke Pulau Dewata Bali untuk melakukan kesaksian dampak krisis iklim dan energi yang mengancam di berbagai daerah. Namun, sekelompok orang menghadang perjalanan mereka dan memaksa tim pesepeda Chasing the Shadow untuk putar balik ke Jakarta, dan tidak diperkenankan melanjutkan perjalanan.

Eko Prasetyo, Ketua Umum TKN berdalih, jika penghadangan yang dilakukannya karena merekaa tidak ingin Greenpeace mengacaukan KTT G20.

"Kalau mereka mengangkat isu lingkungan silahkan dalam bentuk lain. Kami menengarai Greenpeace sengaja bertindak untuk kepentingan luar negeri,” dalihnya.

Kelompok LSM dan TKN menyuruh paksa Greenpeace untuk putar balik dan tidak melanjutkan perjalanan ke Bali. "Jangan melanjutkan perjalanan atau kampanye ke Bali sampai KTT G20 selsai digelar,” sambung Eko.

Menanggapi penghadangan, salah satu tim pesepeda Greenpeace, Zamzam, menyatakan siap putar balik. Mereka berjanji tidak melanjutkan perjalanan ke Bali.

“Kami hanya mengkampanyekan isu lingkungan. Dampak lingkungan luar biasa. Seperti di Gresik misalnya, dampak lingkungan bisa menghabisi ikan bandeng, ikan konsumsi kita,” katanya.

Informasi yang diterima alfikr.id, rombongan Greenpeace mengalami pelbagai tindakan intimidatif di Kota Probolinggo. Mulai dari penghadangan masuk penginapan, penggembosan ban, hingga pemaksaan membuat surat pernyataan di atas materai. 

Tindakan intimidatif itu tak hanya dilakukan LSM lokal seperti Tapal Kuda Nusantara (TKN). Di lokasi aparat keamanan juga terlihat. Bahkan mereka juga turut membuntuti rombongan Greenpeace putar balik.

Tak hanya di Probolinggo, di Pasuruan pun Aksi yang dilakukan Greenpeace mendapatkan penolakan. LSM Cinta Damai Kabupaten Pasuruan, menegaskan dan menolak Greenpeace yang akan berangkat ke Bali karena bisa mengganggu jalannya pelaksanaan KTT G20 di Bali.

Selain itu, Greenpeace juga mengalami intimidasi di Gresik. Segenap pengurus PAC GP Ansor Kebomas Gresik, di bawah komando Sahabat Lora Hilal menekankan agar Greenpeace tidak masuk ke wilayah Bali karena dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan KTT G-20. Kejadian serupa juga sempat terjadi di Surabaya. Namun sekolompok orang gagal melakukan upaya penghadangan. Mereka tak berhasil menemui tim Greenpeace.  

Kronologi Penghadangan di Probolinggo 

Sejumlah aktivis Greenpeace melakukan perjalanan dari Jakarta. Namun, mereka memilih beristirahat di salah satu home stay di Probolinggo untuk melanjutkan perjalanannya ke Pulau Bali.

Nahas, saat mereka melakukan istirahat ada sekelompok orang yang mendatangi home stay tersebut, puluhan anggota TKN tidak hanya menolak. Namun juga mengantarkan sejumlah pengurus Greenpeace, untuk meninggalkan Probolinggo sampai di perbatasan jalan tol Laweyan.

Berdasarkan pantauan di lapangan, hingga pukul 17.15 WIB, terlihat kurang lebih 8 orang pengurus Greenpeace keluar dari tempat penginapan. Mereka menaiki mobil, dengan dikawal TKN meninggalkan wilayah Kota Probolinggo. 

Salah seorang pengurus Greenpeace, Zamzam saat dimintai komentarnya mengatakan, jika kehadirannya di Kota Probolinggo hanya sebatas singgah dan beristirahat saja. 

"Kita memang dari Jakarta, rencananya mau ke Bali. Ya itu tadi, kita sering bersepeda dan tidak ada tujuan apa-apa," katanya.

Urgensi Aksi Greenpeace

Aksi yang bertajuk Chasing the Shadow yang dilakukan Greenpeace, untuk kesaksian dampak krisis iklim dan energi yang mengancam di pelbagai daerah dengan bersepeda. Rencana Mereka melakukan aksi selama sebulan dengan menyinggahi beberapa kota besar di Jawa hingga Bali.

“Kami ingin KTT G20 di Bali benar-benar menerapkan transisi energi,” sambung Zamzam.

Perjalanan bersepeda itu telah dimulai dari Jakarta dan kini tiba di Kota Probolinggo, Provinsi Jawa Timur.

Menurut Greenpeace, dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia, sektor energi akan menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di Indonesia pada 2030.

Untuk itu, diperlukan aksi iklim yang nyata dan ambisius terutama pada sektor energi untuk mengurangi dampak krisis iklim. Sementara Indonesia sejauh ini masih belum bisa lepas dari pemakaian batubara yang juga menghasilkan polusi udara sebagai tenaga pembangkit listrik.

Penulis
Abdul Razak
Editor
Zulfikar

Tags :