Menghidupkan Kembali Spirit Nahdlatut Tujjar
Selasa, 07 Februari 2023 - 04:05alfikr.id, Jember- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’ (PBNU) meresmikan Badan Usaha Milik Nahdlatul Ulama (BUMNU), Senin (06/02/2023). Kegiatan tersebut menjadi salah satu rangkaian acara dalam perhelatan Satu Abad NU.
Kegiatan bertajuk Pencanangan Gerakan Kemandirian Ekonomi NU dan Khotmil Qur’an untuk BUMNU Grosir Jember itu dilaksanakan di Badan Usaha Milik NU BUMNU Grosir Kabupaten Jember. Alissa Wahid, selaku Ketua Tanfidziyah PBNU yang membidangi Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat hadir di tengah-tengah acara.
Dalam sambutannya Ning Alissa mengatakan, bahwa untuk mewujudkan kemandirian tersebut, PBNU memiliki empat agenda strategis, yaitu pengembangan sumber daya ekonomi perkumpulan melalui unit-unit usaha, peningkatan ekonomi warga NU, pengembangan ekonomi berbasis pesantren, dan pengembangan ekonomi khusus.
“Empat strategi ini dipilih untuk memenuhi kebutuhan NU sebagai Jam’iyah (organisasi) maupun Jamaah (warga NU), sebab salah satu tujuan NU sebagai perkumpulan sosial keagamaan Islam adalah untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat,” terangnya.
Neng Alissa menerangkan bahwa pengembangan sumber daya ekonomi perkumpulan bertujuan untuk mewujudkan kemandirian organisasi. Hal itu dilakukan dengan pendirian Badan Usaha Milik NU (BUMNU), sampai tingkat struktur Pengurus Cabang NU.
“Pada agenda peningkatan ekonomi warga NU, PBNU memfasilitasi inisiatif ekonomi Nahdliyin-Nahdliyat dengan berbagai program, semisal penguatan ekonomi keluarga, literasi dan edukasi keuangan, fasilitasi berbagai koperasi warga NU, penguatan akses permodalan, pemasaran, dan lain-lain,” jelas Ning Alissa
Lembaga Perekonomian NU, beliau menambahkan, mengembangkan Program 3 pilar yaitu Bisa Kerja, Bisa Bisnis, dan UMKM Meroket. Sedangkan Lembaga Pengembangan Pertanian NU, berfokus pada pengembangan usaha pertanian dan agribisnis, di antaranya dengan program peternakan ayam dan penyediaan benih.
Pengembangan ekonomi pesantren meliputi pendidikan kewirausahaan dan keterampilan kerja santri, pendirian badan usaha milik pesantren, dan program pesantren sebagai pusat pengembangan ekonomi warga sekitar. “Sedangkan pada agenda peningkatan ekonomi khusus, PBNU berfokus pada pengentasan kemiskinan ekstrim, peningkatan kegiatan ekonomi perempuan dan difabel,” imbuhnya.
Empat strategi tersebut disusun, Ning Alissa menerangkan, dalam rangka mengakselerasikan tujuan kemandirian bagi organisasi dan para nahdliyin. Agenda-agenda strategis tersebut dapat berjalan karena dukungan dari berbagai pihak, di antaranya Kementrian dan Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN, Badan Usaha Milik Swasta.
Beberapa Kerjasama yang telah dirintis adalah program wirasantri dengan Kementrian Koperasi & UKM, program Kemandirian pesantren dengan Kementrian Agama dan Bank Indonesia, program perdagangan dengan Kementrian Perdagangan, dan berbagai program lainnya.
Sebagai program unggulan, PBNU dengan Kementrian BUMN bersinergi untuk membangun 250 BUMNU. Salah satu bentuknya adalah BUMNU Grosir, yang menyediakan produk dengan harga bersaing untuk memberikan dukungan penuh kepada pedagang kecil, UMKM, pengecer, dan konsumen ritel. Beliau berharap kegiatan usaha ini akan memberi efek domino secara langsung baik kepada organisasi maupun kepada pelaku usaha kecil lainnya. “Sebagai model adalah BUMNU Grosir Jember, yang akan segera diresmikan dalam waktu dekat, dimulai denga soft opening minggu ini,” katanya.
Ning Alissa, menilai hal ini sesuai dengan sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU). Sejak awal berdiri, sebagaimana tercantum dalam Statuen Perkoempoelan Nahdlatoel Oelama 1926 yang berbunyi, “Memperhatikan hal-hal jang berhoeboengan dengan masdjid-masdjid, soeraoe-soeraoe, dan pondok-pondok, begitoe joega dengan hal ihwalnya anak-anak jatim dan orang-orang jang fakir miskin, serta mendirikan badan-badan oentoek memajoekan oeroesan pertanian, perniagaan jang tiada terlarang oleh sjara’ agama Islam”
Nahdlatul Ulama sebagai organisasi masyarakat (ormas), memiliki mimpi dan proyeksi untuk membangun serta mengembangkan unit-unit usaha. KH Hasyim Asy’ari sang Rais Akbar, pernah mendirikan usaha dagang. KH Wahab Chasbullah juga dikenal sebagai pengusaha. Sebelum NU ditahbiskan pada 1926, juga telah ada Nahdlatul Tujjar atau Kebangkitan Niagawan pada 1918. Namun dalam perkembanganya, ikhtiar urusan perniagaan dan perekonomian tersebut tidak berkembang, tidak sepesat ikhtiar dakwah dan Pendidikan yang melahirkan ribuan masjid dan pesantren.
Dengan mengusung semangat 1 abad berdirinya Nahdlatul Ulama dan menyongsong kebangkitan baru di abad kedua, PBNU terus berusaha untuk merealisasikan agenda-agenda pengembangan ekonomi Jam’iyah dan Jamaah NU, sebagaimana mandat Anggaran Dasar NU dan semangat para Muassis (peletak dasar) NU.
Memasuki abad keduanya, PBNU bertekad menghidupkan lagi sejumlah spirit awal Nahdlatul Ulama yang tampak redup di 100 pertamanya, di antaranya spirit memajukan perekonomian. Ada sejumlah langkah yang dicanangkan PBNU untuk membangkitkan ghirah Nahdlatul Tujjar di kalangan nahdliyin serta beberapa program yang ditujukan untuk penguatan kemandirian organisasi.