Cerita Santri Baru, Fanias: Saya Ingin Menghafal Al-Qur’an

Senin, 26 Juni 2023 - 00:20
Bagikan :
Cerita Santri Baru, Fanias: Saya Ingin Menghafal Al-Qur’an
Potret santri baru mempelajari furudhul ainiyah di asrama Sunan Drajat (C), Senin (19/6/2023). [Ibrahim La Haris/alfikr.id]

alfikr.id, Probolinggo- Ahmad Fanias Kautsar Al Mustafa (15), asal Sidodadi, Paiton Probolinggo, merasa iri tatkala melihat teman sebayanya pandai membaca ayat suci Al-Qur’an di langgar samping rumahnya. Padahal, menurut dia, dulu seangkatan saat di Sekolah Dasar (SD). ”Tiga tahun saja sudah lancar membaca dan menghafal. Saya juga ingin seperti mereka,” kata Fani sapaan akrabnya.

Selain itu, kata Ahmad Fani, keinginannya untuk mondok juga bermula dari lingkungan keluarganya. Dia menambahkan, sejak kecil sudah akrab dengan nilai-nilai pesantren. Bahkan, kedua orang tuanya alumni pondok pesantren.

“Lingkungan keluarga saya di kelilingi masyarakat yang moyoritas mengenyam pendidikan di pondok pesantren,” terangnya.

Kata dia, sebelum mendalami bacaan Al-Qur’an, seluruh santri baru diharuskan mempelajari dan menghafal furudhul ainiyah terlebih dahulu di asrama Sunan Drajat (C). Para santri baru pun berkumpul di sana, terlihat ada yang sedang makan, bercanda gurau, ambil wudu, ada pula yang menghafal furudhul ainiyah.

Ahmad Fanias Kautsar Al Mustafa (15), santri anyar belajar menghafal furudhul ainiyah dengan seorang sahabatnya di depan teras asrama Sunan Drajat (C), Senin (19/6/2023). [Adi Purnomo S/alfikr.id] 

Suara keriuhan para santri itu perlahan hilang ketika lantunan ayat suci Al-Qur’an menggema di Masjid Jami’ Nurul Jadid. Satu persatu santri berbondong-bondong ambil wudu dan pergi ke masjid untuk menunaikan salat wajib. Ternyata, jam sudah menunjukkan pukul 17.09 WIB.

Para santri pun dari pelbagai asrama mulai bergegas mengambil wudu, bahkan sebagian dari mereka sudah memenuhi pelataran masjid untuk menunaikan ibadah salat magrib.

“Bagi yang belum mandi cepatlah mandi, yang sudah mandi silahkan berpakaian rapi terus berangkat ke masjid,” kata pengurus, menggunakan mikrofon.

Beda halnya dengan Ahmad Sulton Amirudin Kumala (15) santri asal Dringu, Probolinggo. Dia merupakan alumni yang mendaftar ulang saat penerimaan santri baru. Alasan kenapa dia masih menetap di pondok, katanya, karena pesantren tempat yang tenang untuk belajar. Bahkan, dia menambahkan, di pondok juga diajari ilmu pengetahuan, agama, dan akhlak.

”Saya lanjut sekolah formal di Madrasah Aliyah Nurul Jadid (MANJ). Dan juga ingin belajar di Madrasah Aliyah Program Keagamaan (MAPK),” kata Kumala sapaannya.

Kumala juga berharap ke depannya menjadi seseorang yang memiliki ilmu dan akhlak yang baik, bahkan barokah dari para keluarga pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Semoga saya mendapatkan barokah, ilmu yang bermanaat, dan akhlak yang baik,” harapnya.

Penulis
Ibrahim La Haris
Editor
Adi Purnomo S

Tags :