Cerita Santri Baru, Fanias: Saya Ingin Menghafal Al-Qur’an
Senin, 26 Juni 2023 - 00:20alfikr.id, Probolinggo- Ahmad Fanias
Kautsar Al Mustafa (15), asal Sidodadi, Paiton Probolinggo, merasa iri tatkala
melihat teman sebayanya pandai membaca ayat suci Al-Qur’an di langgar samping
rumahnya. Padahal, menurut dia, dulu seangkatan saat di Sekolah Dasar (SD).
”Tiga tahun saja sudah lancar membaca dan menghafal. Saya juga ingin seperti
mereka,” kata Fani sapaan akrabnya.
Selain itu,
kata Ahmad Fani, keinginannya untuk mondok juga bermula dari lingkungan
keluarganya. Dia menambahkan, sejak kecil sudah akrab dengan nilai-nilai
pesantren. Bahkan, kedua orang tuanya alumni pondok pesantren.
“Lingkungan
keluarga saya di kelilingi masyarakat yang moyoritas mengenyam pendidikan di
pondok pesantren,” terangnya.
Kata dia,
sebelum mendalami bacaan Al-Qur’an, seluruh santri baru diharuskan mempelajari dan
menghafal furudhul ainiyah terlebih dahulu di asrama Sunan Drajat (C). Para
santri baru pun berkumpul di sana, terlihat ada yang sedang makan, bercanda
gurau, ambil wudu, ada pula yang menghafal furudhul ainiyah.
Suara keriuhan
para santri itu perlahan hilang ketika lantunan ayat suci Al-Qur’an menggema di
Masjid Jami’ Nurul Jadid. Satu persatu santri berbondong-bondong ambil wudu dan
pergi ke masjid untuk menunaikan salat wajib. Ternyata, jam sudah menunjukkan
pukul 17.09 WIB.
Para santri
pun dari pelbagai asrama mulai bergegas mengambil wudu, bahkan sebagian dari
mereka sudah memenuhi pelataran masjid untuk menunaikan ibadah salat magrib.
“Bagi yang
belum mandi cepatlah mandi, yang sudah mandi silahkan berpakaian rapi terus
berangkat ke masjid,” kata pengurus, menggunakan mikrofon.
Beda
halnya dengan Ahmad Sulton Amirudin Kumala (15) santri asal Dringu, Probolinggo.
Dia merupakan alumni yang mendaftar ulang saat penerimaan santri baru. Alasan
kenapa dia masih menetap di pondok, katanya, karena pesantren tempat yang
tenang untuk belajar. Bahkan, dia menambahkan, di pondok juga diajari ilmu
pengetahuan, agama, dan akhlak.
”Saya lanjut sekolah formal di Madrasah
Aliyah Nurul Jadid (MANJ). Dan juga ingin belajar di Madrasah Aliyah Program Keagamaan
(MAPK),” kata Kumala sapaannya.
Kumala juga berharap ke depannya menjadi seseorang yang
memiliki ilmu dan akhlak yang baik, bahkan barokah dari para keluarga pengasuh Pondok
Pesantren Nurul Jadid.
“Semoga saya mendapatkan barokah, ilmu yang bermanaat, dan
akhlak yang baik,” harapnya.