Demi Cita-Cita, Ramdani Rayakan Tahun Baru di Pondok Pesantren

Selasa, 09 Januari 2024 - 22:21
Bagikan :
Demi Cita-Cita, Ramdani Rayakan Tahun Baru di Pondok Pesantren
para santri putra memanfaatkan waktu tersebut dengan pelbagai aktivitas, masing-masing dari mereka ada yang membaca buku, bersenda gurau, dan ada juga yang telah terlelap di pelataran asrama.(sumber foto: dokumentasi alfikr/Zulfikar)

alfikr.id, Probolinggo- Sebentar lagi akan tiba momen tahun baru, tak terasa jam tangan telah menunjukkan 21:47 Waktu Indonesia Barat (WIB). Berbeda dari teman-teman lainaku lebih memilih berjalan mengitari asrama di Pondok Pesantren Nurul jadid.   

Malam itu, Kegiatan Belajar Malam (KBM) di setiap asrama ternyata diliburkan. Mungkin karena momen menyambut tahun baru 2024. Nampak para santri putra memanfaatkan waktu tersebut dengan pelbagai aktivitas, masing-masing dari mereka ada yang membaca buku, bersenda gurau, dan ada juga yang telah terlelap di pelataran asrama.

Ketika menelusuri gang aku bertemu dengan salah satu santri asal Papua Barat, Ramdani. Tak sama seperti teman-temanya yang lain, Ramdani memilih merayakan momen tahun tersebut dengan memperbanyak membaca ayat suci Al-Qur'an, “Biasanya pada malam tahun baru saya merayakan bersama orang tua dan teman-teman dengan bermain kembang api,” kata Ramdani saat ditemui, Minggu (31/12/2023).

Ramdani sedang membuka lemari (sumber foto: dokumentasi alfikr/Alghajali)

Ramdani bercerita, awalnya ia tidak di izinkan oleh orang tuanya untuk mondok ke Jawa, “saya anak satu-satunya, jadi tidak di izinkan, selain itu, mondok di Jawa menjadi pertimbangan orang tua karena terlalu jauh.” katanya. 

Meski demikian, alasan tersebut tidak mematahkan semangat Ramdani untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren. “Saya terus berusaha, membujuk dan terus membujuk orang tua, alhamdulillah pada akhirnya di izinkan untuk mondok, karena kebetulan waktu itu ada keluarga yang datang ke rumah, jadi akhirnya diizinkan sama orang tua,” kenang Ramdani.

Keinginan tersebut ia lakukan bukan tanpa alasan, melainkan untuk memperdalam pengetahuan agama Islam. Karena dia merasa belum cukup dengan ilmu agama yang dimilikinya. “Saya sebelumnya juga pernah mondok di Papua, namanya pondok Salafiyah,” jelas Ramdani. 

Tak hanya itu saja, ia pun menyadari ketertinggalan pendidikan agama di lingkungan tempat asalnya, sehingga ia berinsiatif agar kelak bisa menjadi pribadi yang lebih baik dengan ilmu yang berkah serta bermanfaat, “semoga bisa membangun lembaga seperti Nurul Jadid,” harapnya. 

“Karena situasi lingkungan di tempat saya tinggal mendesak saya untuk mengetahui banyak hal tentang agama dan hukum-hukumnya, karena di tempat saya orang-orangnya masih disebut awam kalau masalah agama,” tegas Ramdani.

Penulis
Alghajali
Editor
Zulfikar

Tags :