Harlah ke-75, K.H. Moh. Zuhri Zaini: Semoga Kita Bisa Meneladani dan Melanjutkan Perjuangan Masyayikh
Minggu, 11 Februari 2024 - 23:03alfikr.id, Probolinggo- Peringatan Haul Masyayikh dan Hari Lahir (Harlah) ke-75 Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, diselenggarakan di halaman pesantren pada Ahad pagi (11/02/2024). Dalam pidatonya, K.H. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, menyampaikan harapannya agar kegiatan haul dan harlah tidak hanya menjadi acara rutin tahunan, tetapi juga memiliki makna dan hikmah yang mendalam bagi semua peserta.
Pesantren Nurul Jadid, didirikan sejak tahun 1950, telah mengalami perkembangan signifikan dalam bidang pendidikan, pengabdian, dan pelayanan masyarakat. K.H. Moh Zuhri Zaini menyebutkan bahwa pesantren mampu mengirim guru tugas ke berbagai tempat, baik di dalam maupun di luar Jawa, termasuk hingga ke Thailand.
Beliau juga membagikan sejarah awal pendirian pesantren, yang semula merupakan hutan dan tempat pengungsian dari pulau Madura pada tahun 1947. K.H. Moh. Zaini Mun’im, bersama para tokoh Pamekasan, melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda dan tentara sekutu. Namun, karena kecanggihan persenjataan penjajah, perlawanan rakyat mudah dipatahkan, dan banyak tokoh Madura, termasuk kiai Zaini, melakukan pengungsian.
Sebelum menetap di tanah Nurul Jadid, Kiai Zaini singgah di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo di Situbondo. Rencananya untuk bergabung dengan para pejuang di Yogyakarta dibatalkan setelah Belanda menyerah kepada rakyat. Dengan petunjuk dari almarhum K.H. As’ad Syamsul Arifin dan KH. Hasan Genggong, kiai Zaini menempati tempat ini, dan pesantren pun berdiri di sini.
Menurut K.H. Moh. Zuhri, pesantren bukan hanya lembaga tafaqquh fiddin, tetapi juga lembaga dakwah yang diharapkan mampu mengajak kepada kebaikan, kebenaran, dan kemaslahatan bersama. Ia juga menekankan pentingnya dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak dalam membangun pesantren.
K.H. Moh. Zuhri berharap bahwa melalui pelaksanaan haul dan harlah ini, kita dapat meneladani dan melanjutkan perjuangan para masyayikh, baik melalui pesantren maupun di tengah-tengah masyarakat.