Ospektren 2024 Universitas Nurul Jadid: Warna Baru dan Tantangan di Baliknya
Senin, 30 September 2024 - 14:15alfikr.id, Probolinggo- Orientasi Pengenalan Kampus dan Pesantren (Ospektren) 2024 yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Nurul Jadid (Unuja) berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 28 hingga 30 September 2024. Kali ini, Ospektren menghadirkan beberapa hal baru yang berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Salah satu yang mencuri perhatian adalah pertunjukan mosaik, atau yang dikenal dengan paper show, yang membentuk tulisan “OSPEKTREN 2024,” “DIES,” “NATALIS,” “KE-7,” “Unuja,” dan “JAYA!!”.
Moh. Syafakhorrahman, selaku Ketua BEM Universitas Nurul Jadid, mengungkapkan bahwa tradisi ini sebenarnya pernah ada, namun sempat dihentikan selama empat tahun terakhir. "Ini tradisi lama yang kami hidupkan kembali tahun ini," jelas Oong kerap disapa.
Selain itu, Ospektren tahun ini juga dimulai dengan kegiatan penanaman pohon oleh para peserta sebagai simbol penghijauan. Menurut Oong, penanaman pohon ini merupakan instruksi langsung dari Kiai Fahri Nur Chotim Zaini sebagai upaya menjaga lingkungan kampus.
"Ini menjadi simbolis penghijauan di kampus, sesuai arahan dari Kiai Fahri," katanya saat diwawancarai oleh ALFIKR.
Tantangan di Balik Panggung Ospektren
Meski ada berbagai inovasi dalam Ospektren 2024, pelaksanaannya tidak lepas dari berbagai tantangan. Ach. Zulfi Zibyan, Ketua Panitia Ospektren 2024, mengakui adanya sejumlah kendala dalam persiapan acara, termasuk simpang siur jadwal kegiatan.
Salah satu masalah utama adalah penentuan tanggal yang sangat mendesak. Pendaftaran ulang Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) baru saja ditutup pada 27 September 2024, sedangkan Ospektren dimulai keesokan harinya. Zulfi mengungkapkan bahwa pendaftaran Ospektren semula dibuka dari tanggal 5 hingga 15 September, namun karena banyak calon mahasiswa yang terlambat mendaftar ulang, panitia akhirnya membuka pendaftaran tambahan dalam dua gelombang: pertama hingga 20 September, dan kedua hingga 25 September.
"Kondisinya sangat mepet, kami harus mengakomodasi peserta yang terus berdatangan," keluh Zulfi.
Ketika tiba waktunya pengambilan atribut Ospektren pada 24 dan 25 September, panitia dihadapkan pada tantangan lain: stok atribut yang tidak mencukupi karena jumlah peserta melebihi perkiraan. "Kami kewalahan di hari pertama pembagian atribut. Banyak peserta yang belum mendapatkan karena stoknya kurang," ungkap Zulfi.
Tantangan terus berlanjut hingga hari pertama pelaksanaan Ospektren. Pendataan jumlah peserta menjadi kacau, begitu pula dengan penyediaan kursi dan konsumsi. "Bahkan, kami harus menambah konsumsi di luar anggaran yang sudah ditetapkan karena jumlah peserta ternyata lebih banyak dari perkiraan," jelas Zulfi.
LPM ALFIKR di Panggung Ospektren
Tahun ini, panitia Ospektren juga mengambil langkah berbeda dalam memperkenalkan Organisasi Mahasiswa (Ormawa) kepada peserta. Tidak semua Ormawa diberi kesempatan tampil di panggung secara langsung. Sebagai gantinya, perkenalan Ormawa dilakukan melalui video. Meski begitu, ada satu pengecualian: Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) ALFIKR tetap diberi ruang khusus untuk bertemu langsung dengan para peserta.
Menurut Oong, LPM ALFIKR merupakan representasi dari suara mahasiswa, terutama mereka yang terpinggirkan. "ALFIKR adalah suara mahasiswa yang kritis dan memberitakan sesuai dengan kode etik jurnalistik. Oleh karena itu, kami merasa penting bagi mereka untuk bertemu langsung dengan para peserta Ospektren," jelasnya.
Di balik semua tantangan dan inovasi baru, Ospektren 2024 diharapkan dapat memberikan kesan mendalam bagi para mahasiswa baru, sekaligus menjadi awal yang baik bagi perjalanan mereka di Universitas Nurul Jadid.