IAI Nurul Jadid Akan Memiliki Daya Saing Nasional dan Internasional
Kamis, 12 Januari 2017 - 10:07PROBOLINGGO, ALFIKR.CO – Rektor Institut Agama Islam Nurul Jadid, Drs. KH Abdul Hamid Wahid, M. Ag, akan membawa kampus yang berada di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Karang Anyar, Kecamatan Paiton, Probolinggo, memiliki daya saing di tingkat nasional bahkan internasional.
Hal ini selaras dengan visi dan misi Kementrian Pendidikan Tinggi (Kemen Dikti) dimana pendidikan tinggi tidak hanya berbicara soal pemerataan pendidikan, namun pendidikan tinggi dituntut untuk berdaya saing di tingkat nasional dan internasional.
Menurut Abdul Hamid, Rektor IAI Nurul Jadid yang sebelumnya, DR. KH. Maltuf Siroj, M. Ag, sudah banyak melakukan terobosan. Di antaranya, Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Thailand. Terobosan ini tinggal dilanjutkan dan dimantapkan.
“Rapor bagus harus kami lanjutkan sambil memikirkan terobosan baru lainnya yang bisa meningkatkan daya saing,” terang Abdul Hamid, saat ditemui ALFIKR.CO di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.
Daya saing nasional dan internasional inilah yang menjadi tantangan IAI Nurul Jadid ke depan. Caranya yakni meningkatkan kualitas civitas akademik lulusan. Peningkatan kualitas dosen saat ini terus dilakukan.
“Pada gilirannya kita perlu mengambil income yang baik di tingkat mahasiswa sehingga proses pengajaran dan proses belajar mampu menjadikan mereka berkualitas karena bibitnya sudah baik,” imbuh mantan Dekan Fakultas Tarbiyah ini.
Pria yang pernah menjabat Anggota DPR RI ini mengungkapkan, pada gilirannya nanti perlu adanya peningkatan kurikulum pendidikan sehingga mampu mengantar mahasiswa yang berkualitas dan berdaya saing baik. Untuk mengarah kepada itu semua, IAI Nurul Jadid memiliki modal besar karena berada di lingkungan pondok pesantren.
Menurutnya, orang-orang terdahulu memiliki asumsi bahwa pondok pesantren sebagai benteng terakhir umat Islam sulit bertemu dengan pendidikan tinggi yang sifatnya pengembangan ilmu. Namun asumsi ini ditepis oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bahwa perguruan tinggi dan pesantren dapat bertemu dalam satu kata, yaitu profesionalitas.
“Gus Dur sudah mencobanya dan sukses ketika UIN Malang menjadi salah satu pendidikan tinggi dan pesantren yang mempertemukan profesionalitas di dalamnya,” ungkapnya.
Dala konteks ini, IAI Nurul Jadid harus mampu mendidik mahasiswa dan mengantarkan mereka berproses menuju profisionalisme yang diembannya. Amanat yang diberikan kepada pesantren, mengandung fungsi ganda di samping sebagai insan profesional juga sebagai juru dakwah dan pengkaderan. Beberapa aspek yang ada di pesantren masuk dan melekat sebagai mahasiswa yang bertanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan.
“Di IAI Nurul Jadid, antara santri dan mahasiswa dapat dipertemukan dan saya kira ini berdasarakan apa yang berjalan dan pendapat-pendapat yang saya sampaikan dari pendapat Gus Dur kemudian apa yang terjadi di UIN Malang yang mengadopsi konsep konsep pesantren dan perguruan tinggi,” tegasnya.
Abdul Hamid berharap ada sinergitas yang kuat antara civitas akademik. Dosen, karyawan dan mahasiswa harus mampu mewujudkan visi yang sama bagaimana mengembangkan IAI Nurul Jadid ke depan ke arah yang sudah baik menuju yang lebih baik lagi.
“saya kira kalau kita bersama bertekat kemudian melakukan langkah bersama untuk perbaikan, saya kira bukan hal yang mustahil perbaikan itu bisa kita lakukan. Jadi kemampuan untuk melakukan daya saing yang lebih baik dan mengahasilkan insan-insan yang tangguh di masyarakat,” pungkasnya.*