Kampus dan Pesantren jadi Pemicu Peradaban Islam Dunia

Senin, 20 Februari 2017 - 16:44
Bagikan :
Kampus dan Pesantren jadi Pemicu Peradaban Islam Dunia
Rektor IAI Nurul Jadid, KH Abdul Hamid Wahid, memberikan cindera mata kepada penyaji kuliah umum. (Foto: ALFIKR.CO)

PROBOLINGGO, ALFIKR.CO – Di awal perkuliahan semester genap, kampus Institut Agama Islam Nurul Jadid (IAINJ) menggelar kuliah Umum dengan tema, “Peluang dan Tantangan Perguruan Tinggi Berbasis Pesantren dalam Menghadapi Global Competitiveness”. Acara ini bertempat di gedung Aula IAINJ, Karanganyar, Paiton probolinggo, Sabtu, (18/02/2016).

Prof. DR. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA, selaku penyaji dalam kegiatan ini mengatakan, Indonesia sangat berpotensi menjadi sentra peradaban dunia Islam. Karena secara data riil Indonesia memiliki lembaga pendidikan sangat melimpah ruah. Sekurang-kurangnya berjumlah sepuluh ribu madrasah, dan ribuan pesantren serta santri 4 juta lebih.

“Santri adalah modal utama bagi negeri ini untuk membentuk peradaban yang besar di dunia Islam,” katanya.

Untuk menunjang potensi tersebut adalah, selain populasi Islam di indonesia tebanyak di dunia, sistem negara yang demokratis serta bonus demografi 40% usia rata-rata kurang dari 25 tahun, memantapkan Indonesia sebagai negara yang digadang-gadang akan bangkit.

“Potensi yang cukup besar yang dimiliki bangsa ini harus dikapitalisasi,” terang alumni Pondok Pesantren Ass’adiyah ini.

Secara riil, Jika di bandingkan dengan beberapa negara Islam, jumlah perguruan tinggi Islam di Indonesia tidak ada yang menyamai. Keberadaan pesantren dan madrasah menurut penilaian Direktur Jendral Pendidikan Islam Kemenag RI ini, Indonesia masih jauh lebih modern dari dunia Islam, seperti Afganistan, Bangladesh dan negara islam lainnya.

Masalahnya, sekarang kampus harus diInternasionalisasi. Buku juga harus berstandar internasional. Apa yang di baca di kampus-kampus luar seperti Al-Azhar harus juga dibaca agar kita tidak merasa minder. ‘

Nara sumber lainnya, Malik Haramain, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI menambah, problem akut terutama dunia pesantren adalah minimnya kemampuan  bahasa.

”Rata-rata dari sepuluh peserta pendidikan ke luar negeri, hanya satu yang lolos,” kata mantan Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini.*

Penulis
Elang Mulia
Editor
Ahmad Efendi

Tags :